Sebanyak 1,35 miliar anak muda di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran. Data dari hasil studi BJM Global Health tersebut mengungkapkan penyebab anak muda gangguan pendengaran adalah penggunaan alat audio pribadi yang tidak aman dan paparan kebisingan di tempat hiburan (masing-masing perkiraan prevalensi 23,81 persen dan 48,20 persen).

Sementara itu, merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, 50 persen kalangan usia 12-35 tahun di negara berpenghasilan menengah dan tinggi terpapar suara tidak aman (melebihi 85 desibel (dB) selama delapan jam atau 100dB selama 15 menit) dari penggunaan perangkat audio pribadi. Sedangkan, sekitar 40 persen terpapar kebisingan suara yang berpotensi merusak di tempat hiburan.

Direktur WHO untuk Departemen Manajemen Penyakit Tidak Menular, Disabilitas, Kekerasan dan Pencegahan Cedera Dr Etienne Krug menuturkan anak muda berisiko gangguan pendengaran ketika melakukal hal yang mereka sukai. Jadi, semakin banyak aktivitas, semakin besar anak muda yang berisiko gangguan pendengaran.

Jumlah Anak Muda Berisiko Gangguan Pendengaran Meningkat pada 2030

Berdasarkan data WHO Maret 2022, risiko anak muda gangguan pendengar jumlahnya 1,1 miliar. WHO memprediksi jumlah tersebut dapat meningkat menjadi lebih dari 2,5 miliar pada 2030.

Direktur WHO untuk Departemen Penyakit Tidak Menular Bente Mikkelsen mengatakan risiko peningkatan karena tidak ada standar keamanan ketika menggunakan perangkat audio pribadi dan berada di tempat hiburan dengan paparan suara yang merusak. Misalnya saat ada di klub malam, bar, konser, dan acara olahraga.

“Sebagian besar perangkat audio, tempat dan acara tidak menyediakan pilihan mendengarkan yang aman dan berkontribusi pada risiko gangguan pendengaran,” tutur Bente.

Seperti dilansir dari Regain Hearing, kelompok usia remaja dan dewasa muda menggunakan headset, headphone atau earphone untuk mendengarkan musik dengan volume maksimum. Padahal, pada perangkat iPhone saja, volume maksimumnya mencapai 102 desibel (dB).

Baca Juga :   Benarkah Gangguan Pendengaran Memengaruhi Kesehatan Kognitif Lansia?

Jika setiap mendengarkan musik mereka mengencangkan volume maksimum, sudah pasti terjadi kerusakan pada telinga. Bahkan, meski volume lagu mereka kecilkan, tetap saja volume yang mereka dengar berada pada level tidak aman.

Bukan hanya WHO, penelitian dari Harvard Medical School di Amerika Serikat pada 2010 juga membuktikan bahwa penggunaan headphone meningkatkan diagnosis gangguan pendengaran secara signifikan. Hal tersebut terjadi pada individu di bawah usia 20 tahun.

Maka dari itu, WHO mengeluarkan standar baru untuk melindungi pendengaran generasi muda dengan lebih baik, saat mereka menikmati aktivitas hiburan.

Enam Rekomendasi Mendengarkan dengan Aman di Tempat Hiburan

Standar Global untuk mendengarkan dengan aman merekomendasikan enam hal untuk ditempatkan di tempat hiburan, seperti klub malam, bar, konser, dan acara olahraga. Aturan ini untuk memastikan dan membatasi risiko anak muda terkena gangguan pendengaran. Namun tetap dapat menikmati hiburannya.

Keenam rekomendasi

  1. Tingkat suara rata-rata maksimum 100 desibel
  2. Pemantauan langsung dan perekaman tingkat suara menggunakan peralatan yang dikalibrasi
  3. Mengoptimalkan akustik tempat dan sistem suara untuk memastikan kualitas suara yang menyenangkan dan mendengarkan dengan aman
  4. Membuat perlindungan pendengaran pribadi tersedia untuk audiens termasuk petunjuk penggunaan
  5. Akses ke zona tenang bagi orang untuk mengistirahatkan telinga dan mengurangi risiko kerusakan pendengaran
  6. Dan, penyediaan pelatihan dan informasi kepada staf

WHO memperingatkan gangguan pendengaran akibat suara keras bersifat permanen. Maka dari itu, saran untuk anak muda agar tak mengalami gangguan pendengaran, yaitu:

  • Menurunkan volume pada perangkat audio pribadi
  • Menggunakan earphone/headphone peredam bising yang terpasang dengan baik dan jika memungkinkan
  • Mengenakan penyumbat telinga di tempat yang bising
  • Mendapatkan pemeriksaan pendengaran secara teratur.

Jadi, bagaimana dengan Anda? Apakah masih mendengarkan volume keras ketika menggunakan pemutar audio pribadi atau mendengar suara keras saat konser?

Jika iya, Anda dapat melakukan tes pendengaran pergi ke dokter spesialis atau hearing center, seperti Kasoem Hearing Center. Sebab, di sana menyediakan layanan pemeriksaan bagi dewasa untuk menentukan kemampuan dengar, sekaligus mencari tahu tingkat keparahan pendengaran seseorang.

Baca Juga :   Apa itu Telinga?

Sebagai satu-satunya hearing center yang mengantongi sertifikasi ISO 9001 2015, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan oleh dokter spesialis di bidangnya. Selain itu, Kasoem Hearing Center menyediakan alat bantu dengar yang sesuai dengan kebutuhan pendengaran.

Dengan tagline “One Stop Solution for All Hearing Problem” Kasoem Hearing Center menyediakan layanan pemeriksaan lengkap untuk bayi, anak-anak hingga dewasa di berbagai daerah di Indonesia. 

Rate this post