Setiap anak tidak bisa terhindar dari risiko gangguan pendengaran di masa yang akan datang. Jika sudah ada tanda-tandanya, orang tua harus memastikan agar anak menjalani tes gangguan dengar.

Gejala gangguan pendengaran yang dapat terlihat, seperti tidak terkejut dengan suara keras pada usia satu bulan, mengalami speech delay atau tak merespons saat namanya dipanggil.

Pemeriksaan Untuk Bayi

Dengan peralatan khusus, pendengaran bisa diperiksa dengan baik, bahkan pada hari pertama lahir ke dunia. Lalu, seperti apa pemeriksaan untuk bayi dan anak-anak?

Tes untuk bayi dan anak-anak hingga usia lima tahun

Organisasi Kesehatan Manusia (WHO) mengungkapkan bayi dan anak-anak hingga usia lima tahun dapat menjalani pemeriksaan dengan dua metode, yaitu Otoacoustic Emission (OAE) dan Automated and Complete Auditory Brainstem Response (AABR and ABR).

Anak-anak berusia lebih dari lima tahun

Sedangkan pemeriksaan untuk anak-anak yang usianya lebih dari lima tahun, WHO menyarankan untuk melakukan tes audiometri. Untuk menjalani tes audiometri, orang tua harus mendatangi fasilitas kesehatan.

Noisemaker (pembuat kebisingan)

Jika masih ragu-ragu untuk memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan, orang tua juga bisa melakukan tes sederhana dengan noisemaker. Caranya, menggunakan mainan atau membuat noisemaker dengan meletakkan beberapa butir garam, pasir atau gula dalam wadah plastik dan memindahkannya. Noisemaker harus mengeluarkan suara kira-kira sekeras suara berbisik.

Beberapa butir garam, pasir atau gula dipindahkan pada wadah plastik adalah frekuensi tinggi yang baik suara. Tapi, jika tidak ada pembuat suara, coba gosok jari di belakang telinga bayi. Bayi harus merespon dengan memutar ke arah suara.

Bagaimana dampak ketika orang tua tak memiliki kesadaran untuk memeriksa pendengaran anak?

Ketika bayi lahir tuli dan tidak menerima intervensi yang sesuai, kemampuan bicara dan bahasanya tidak akan bisa berkembang (termasuk keterampilan bahasa isyarat).

Baca Juga :   Apakah Anak dengan Microtia Bisa Mendengar?

Artinya anak tersebut akan tertinggal dari anak-anak lain dengan pendengaran yang baik. Tanpa diagnosis dini dan rehabilitasi yang tepat, anak tersebut bakal kesulitan pergi ke sekolah, belajar, berteman, dan mendapatkan pekerjaan di kemudian hari.

Bagaimana dengan anak yang kedua telinganya infeksi dan mengalami gangguan pendengaran sedang?

Anak yang mengalami gangguan dengar sedang (sering kehilangan suku kata dan kata-kata ketika mendengar orang lain bicara) juga akan mengalami masalah dalam hidupnya. Lantaran, anak-anak membutuhkan komunikasi yang baik untuk belajar dengan baik di sekolah dan memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi di sekitar.

Baca Juga : Gangguan Pendengaran Konduktif Menyerang Telinga, seperti Apa Itu?

Akibat gangguan pendengaran, anak tersebut tidak akan mengerti sepenuhnya ketika gurunya menerangkan pelajaran di kelas. Apalagi, saat suara guru menjauh darinya atau ketika dia duduk bangku belakang. Ketika guru mengajukan pertanyaan, anak tersebut juga sulit memahami pertanyaannya. Sehingga, guru menganggap dia tak tertarik pada pelajaran itu.

Tak hanya di sekolah, anak tersebut bakal kesulitan berkomunikasi dengan orang tuanya di rumah. Lantaran, tidak ada respons ketika orang tuanya memanggil dan sebaliknya. Selain itu, anak akan menaikan volume televisi karena tidak bisa mendengar dengan jelas. Jika infeksi tidak diobati, kemungkinan anak tersebut akan ketinggalan secara akademis.

Rate this post