Otoacoustic Emission atau tes emisi otoakustik otomatis (OAE) merupakan salah satu metode untuk melakukan skrining pendengaran pada bayi baru lahir. Tes ini digunakan untuk memeriksa respons telinga bagian dalam terhadap suara.

Seperti apakah Otoacoustic Emission?

Dalam catatan American Speech Language Hearing Association (ASHA), tes Otoacoustic Emission berguna untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam atau koklea, bekerja. Caranya, dengan mengukur emisi otoacoustic atau OAE.

OAE adalah suara yang dikeluarkan oleh telinga bagian dalam saat merespons suara. Itu terjadi ketika sel-sel rambut di telinga bagian dalam merespon suara dengan bergetar. Getaran tersebut menghasilkan suara yang sangat pelan yang bergema kembali ke telinga tengah.

Dalam jurnal Otoacoustic Emission oleh Allen Young; Matthew Ng pada 19 April 2022, Otoacoustic Emission (OAE) terdiri dari dua jenis, yaitu spontaneous OAE (SOAE) dan evoked OAE (EOAE)

  1. Spontaneous OAE (SOAE) adalah suara yang dihasilkan dari telinga tanpa stimulus akustik dan dapat diukur dengan mikrofon yang ditempatkan di saluran telinga luar. Frekuensi mereka antara 500 Hz sampai 4.500 Hz. Sebagian kecil, satu hingga sembilan persen, orang dapat menganggap SOAE mereka sebagai tinnitus.
  2. Evoked otoacoustic emission (EOAE) dapat menggunakan tiga rangsangan akustik yang berbeda: pembangkitan sementara, frekuensi rangsangan, dan produk distorsi. Evoked otoacoustic emission (EOAE) adalah teknik yang paling umum untuk skrining pendengaran bayi baru lahir.

Proses Skrining Pendengaran dengan OAE

Menurut catatan NHS.uk, waktu pemeriksaan OAE) pada bayi hanya perlu beberapa menit. Sebelum tes, sebuah lubang suara kecil berujung lembut akan ditempel di telinga bayi. Kemudian, saat pemeriksaan, suara klik lembut akan diputar.

Jika pendengaran normal, seseorang akan menghasilkan OAE. Namun, saat gangguan pendengaran lebih besar dari 25–30 desibel (dB), tidak akan menghasilkan suara yang sangat lembut tersebut.

Baca Juga :   Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir dengan Auditory Brainstem Response (ABR)

Sebagai catatan, hasil dari tes OAE belum tentu jelas atau bisa jadi rujukan apakah bayi benar-benar mengalami gangguan dengar. Tapi, orang tua perlu curiga ketika bayi dalam kondisi:

  • gelisah saat tes selesai
  • ada kebisingan latar belakang
  • memiliki cairan atau penyumbatan sementara di telinganya

Fungsi Otoacoustic Emission (OAE)

Selain mengukur OAE, tes dapat menunjukkan apakah ada penyumbatan di telinga luar atau tengah. Jika ada penyumbatan, tidak ada suara yang bisa masuk ke telinga bagian dalam. Artinya tidak akan ada getaran atau suara yang kembali.

Baca Juga: Bayi Tak Lulus Skrining Pendengaran Awal, Ambil Langkah Ini Ya

Tak hanya itu, Otoacoustic Emission (OAE) berfungsi untuk hal-hal sebagai berikut.

Pemantauan Ototoksisitas

Selama dekade terakhir, Otoacoustic Emission atau OAE semakin banyak untuk memantau ototoksisitas obat, terutama antibiotik aminoglikosida dan agen kemoterapi berbasis platinum. Obat ototoksik memengaruhi sel-sel rambut luar dan dapat terdeteksi pada OAE sebelum audiogram konvensional.

Gangguan Spektrum Neuropati Auditori (ANSD)

OAE juga berguna untuk mengevaluasi patologi retrokoklea dalam sistem pendengaran pusat. Karena OAE adalah pengukuran sistem pendengaran perifer, patologi retrokoklea akan muncul dengan OAE normal dan audiogram abnormal serta respons batang otak auditori (ABR).

Penyakit Meniere

Penyakit Meniere dapat menimbulkan presentasi klinis OAE yang unik. Pada pasien dengan penyakit Meniere yang memiliki ambang batas gangguan pendengaran melebihi 30 dB HL, OAE tidak ada. Namun, beberapa penelitian menunjukkan Otoacoustic Emission (OAE) utuh pada pasien ini.

Tinnitus

Tinnitus adalah persepsi suara yang abnormal tanpa adanya rangsangan eksternal yang berhubungan dengan gangguan pada sistem pendengaran. OAE abnormal pada tinnitus menunjukkan bahwa disfungsi sel rambut koklea dan sel rambut luar mungkin berperan dalam pembentukannya, terutama pada frekuensi yang lebih tinggi dari 6 hingga 8 kHz.

Rate this post