Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan mendengar salah satu atau kedua telinga yang dapat menyerang semua usia, tak terkecuali orang dewasa. Untuk mencari tahu seberapa parah kondisi pendengaran seseorang terhadap suara atau bunyi perlu pemeriksaan pendengaran.

Tes pendengaran dapat menunjukan derajat pendengaran seseorang, berupa normal, sedang atau berat. Adapun jenis-jenis pemeriksaan pendengaran untuk orang dewasa, antara lain sebagai berikut.

1. Audiometri Nada Murni (Pure-tone audiometry)

Tes audiometri nada murni (Pure-tone audiometry) merupakan pemeriksaan pendengaran untuk membantu menemukan suara paling tenang pada nada atau frekuensi yang berbeda. Selain itu, berguna untuk mengukur dan mengetahui ambang pendengaran pada frekuensi yang berbeda-beda. Tes ini disebut juga sebagai konduksi udara, karena suara melewati telinga luar dan tengah.

2. Audiometri Tutur (Speech audiometry)

Audiometri tutur (Speech audiometry) adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pendengaran seseorang dan kemampuan mengulangi kata-kata saat mendengarkan ucapan pada volume berbeda-beda. Tes iniberfungsi untuk mengetahui jenis gangguan pendengaran saraf. Pemeriksaan audiometri tutur terbagi menjadi dua, yaitu speech reception threshold (SRT) dan speech discrimination.

3. Audiometri Impedansi (Impedance audiometry)

Audiometri immitansi (Impedance audiometry) merupakan tes untuk mengukur perubahan dan fluktuasi gendang telinga (membran timpani) serta integritas sistem saraf dalam menanggapi rangsangan. Dalam catatan Florida Otolaryngology Group, tes ini dapat menentukan adanya cairan telinga tengah, disfungsi tuba eustachius dan status tabung ventilasi setelah pemasangan pembedahan, serta masalah pada saraf antara telinga dan otak. Audiometri immitansi terdiri dari tiga prosedur, yaitu timpanometri, acoustic reflex test, dan tes peluruhan refleks.

4. Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

Auditory brainstem response (ABR) atau tes respons batang otak auditori merupakan tes untuk mengetahui bagaimana kerja telinga bagian dalam, khususnya koklea dan jalur otak. Pemeriksaan dengan metode ini dapat juga digunakan untuk anak-anak atau orang dewasa yang tidak dapat menyelesaikan pemeriksaan pendengaran biasa.

Baca Juga :   Skrining Pendengaran pada Bayi Baru Lahir Tak Menyakitkan

Tes yang disebut auditory evoked potential (AEP) dapat mendiagnosis gangguan pendengaran yang penyebabnya berasal dari otak atau di jalur otak.

5. Otoacoustic Emission (OAE)

Otoacoustic emission (OAE) merupakan tes yang berfungsi untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam atau koklea, khususnya sel-sel rambut di dalamnya saat merespons suara.

Pada telinga bagian dalam terdapat sel-sel rambut yang merespons suara dengan bergetar. Getaran tersebut menghasilkan suara yang sangat pelan yang bergema kembali ke telinga tengah. Suara tersebut adalah OAE.

Saat seseorang memiliki pendengaran normal, maka akan menghasilkan OAE. Tapi sebaliknya, ketika terjadi gangguan pendengaran dengan ukuran lebih besar dari 25–30 desibel (dB), suara yang sangat lembut tersebut tidak akan dihasilkan.

6. Hearing in Noise Test (HINT)

Hearing in Noise Test (HINT) atau tes pendengaran dalam kebisingan merupakan pemeriksaan untuk mengukur kemampuan dengar orang dewasa memahami percakapan di tempat dengan latar belakang tenang dan bising. Catatan dari The Hearing Journal menyebut pengujian yang dikembangkan oleh House Ear Institute ini dinilai penting untuk memastikan keselamatan orang-orang dengan pekerjaan yang kritis terhadap pendengaran. 

Rate this post