Kasus gangguan dengar dapat terjadi pada balita atau rentang usia satu hingga tiga tahun. Maka dari itu, perlu evaluasi, seperti tes pendengaran untuk mencegah balita kehilangan pendengaran. Karena, anak yang dinyatakan tak mengalami gangguan dengar, belum tentu 100 persen terbebas dari hal tersebut.

Pada umumnya, balita dengan gangguan dengar akan menunjukan tanda-tanda, antara lain sebagai berikut.

  • Speech delay atau ucapan yang sulit dimengerti. Karena, sebagian besar anak kecil dapat mengucapkan beberapa kata, seperti “mama” atau “dada”, pada usia 15 bulan
  • Tidak merespon saat dipanggil namanya
  • Tak mau memperhatikan

Tes pendengaran untuk mencegah balita kehilangan pendengaran

Skrining Pendengaran Ulang

Balita yang memiliki tanda-tanda gangguan dengar akan kembali menjalani skrining pendengaran saat bayi, yaitu yaitu Auditory Brainstem Response (ABR) atau Automated Auditory Brainstem Response (AABR) dan Otoacoustic Emission atau tes emisi otoakustik otomatis (OAE).

Tes Auditory Brainstem Response (ABR)

Auditory Brainstem Response (ABR) atau tes respons batang otak auditori ini termasuk aman dan tidak menimbulkan rasa sakit. Tes ini untuk melihat bagaimana saraf pendengaran dan otak merespons suara. Sehingga, penyedia layanan kesehatan mengetahui informasi tentang seberapa baik suara bergerak dari saraf pendengaran ke batang otak atau kemungkinan gangguan pendengaran.

Otoacoustic Emission (OAE)

Otoacoustic Emission berguna untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam atau koklea, bekerja. Caranya, dengan mengukur emisi otoacoustic atau OAE. OAE adalah suara yang ke luar dari telinga bagian dalam saat merespons suara. Itu terjadi ketika sel-sel rambut di telinga bagian dalam merespon suara dengan bergetar. Getaran tersebut menghasilkan suara yang sangat pelan yang bergema kembali ke telinga tengah.

Tes Pendengaran Balita

Dalan catatan Stanford Children, selain skrining pendengaran seperti saat bayi, balita akan menjalani tes pendengaran meliputi ha-hal sebagai berikut.

Baca Juga :   Fungsi Telinga untuk Pendengaran dan Keseimbangan Manusia

Play Audiometry

Tes play audiometry untuk mengukur kemampuan balita membedakan antara intensitas suara yang berbeda, mengenali nada atau membedakan ucapan dari latar belakang bising. Tak hanya untuk balita, anak-anak pada rentang usia dua hingga lima tahun juga dapat menjalani tes tersebut.

Khusus kelompok usia balita, mereka akan menjalani play audiometry selayaknya seperti sedang bermain.

Tes ini tetap menggunakan audimeter untuk mengukurnya. Anak-anak akan diminta memakai headphone terpisah untuk telinga kanan dan kiri. Kemudian, mereka akan mendengar suara melalui headphone.

Setiap mendengar suara, balita akan diminta melakukan tugas berulang menggunakan mainan yang tersedia. Misalnya, membangun menara balok, meletakkan bantalan pada pegangan, melempar mainan ke dalam wadah, dan lain-lain.

Baca Juga : Kenali Berbagai Metode Tes Pendengaran untuk Anak-anak

Tes play audiometry balita:

  • Harus ada kerja sama dan kontak yang baik dengan anak
  • Tidak menimbulkan rasa sakit dan non-invasif
  • Waktu tes play audiometry sekitar 20-50 menit
  • Perlu lingkungan akustik yang tepat
  • Membutuhkan daya tarik

Visual Reinforcement Audiometry (VRA)

Visual Reinforcement Audiometry (VRA) adalah tes yang dirancang untuk menilai pendengaran anak-anak berusia enam bulan hingga sekitar dua hingga tiga tahun, VRA memungkinkan audilog melatih anak-anak dalam merespons suara.

Tes VRA hampir sama dengan Behaviour Observation Audiometry (BOA). Tujuannya, balita dapat melihat ke arah sumber suara. Mereka akan mendengar suara dari speaker yang ada di sisi kanan dan kiri, dari volume suara yang kuat sampai dengan terkecil.

Bedanya, di sisi speaker ada perangkat visual seperti animasi video di monitor atau boneka. Jadi, ketika muncul suara dari arah monitor atau boneka, anak tersebut menoleh sebagai respons bahwa dia mendengar suara.

Baca Juga :   Tingkat Kebisingan ketika Menggunakan Headphone

Ketika memberikan respon yang benar, anak akan diberi penguatan visual. Misalnya, balita akan melihat mainan yang bergerak atau lampu yang berkedip.

Rate this post