Tak hanya anak-anak, orang tua lanjut usia (lansia) juga bisa mendapatkan masalah saat menderita gangguan pendengaran. Hanya saja, dampak yang dialami anak-anak dengan lansia berbeda. Salah satu dampaknya, lansia gangguan dengar bisa alami stres dan kesepian.

Gangguan Pendengaran Lansia

Presbikusis atau gangguan pendengaran lansia (orang tua lanjut usia) adalah penurunan pendengaran secara bertahap pada kedua telinga, seiring bertambahnya usia. Kondisi ini umum dialami oleh lansia. Dalam catatan National Institute on Deafness and Other Communication Disorders, ada banyak penyebab gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia. Paling umum, muncul karena hal-hal seperti berikut.

Perubahan di telinga

Perubahan di telinga bagian dalam seiring bertambahnya usia adalah penyebab paling umum presbikusis. Di samping itu, bisa juga akibat dari perubahan di telinga tengah atau dari perubahan kompleks di sepanjang jalur saraf dari telinga ke otak. Abnormalitas tersebut dapat mencakup berkurangnya fungsi membran timpani (gendang telinga) atau berkurangnya fungsi tiga tulang kecil di telinga tengah yang membawa gelombang suara dari membran timpani ke telinga bagian dalam.

Paparan kebisingan

Penyebab presbikusis lainnya adalah paparan kebisingan. Hal tersebut terjadi saat telinga terlalu sering mendengar suara keras yang berlangsung terlalu lama. Paparan jangka panjang terhadap suara yang terlalu keras atau terlalu lama ini dapat merusak sel-sel rambut sensorik di telinga. Padahal, sel-sel rambut kecil tersebut berperan mengambil gelombang suara dan mengubahnya menjadi sinyal saraf yang ditafsirkan oleh otak sebagai suara. Ketika sel-sel rambut kecil rusak atau mati, mereka tidak dapat tumbuh kembali. Sehingga, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat permanen.

Kondisi medis

Kondisi yang lebih umum terjadi pada orang tua, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis dengan tanda peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang seiring waktu menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf.

Baca Juga :   Efek Gangguan Pendengaran terhadap Kesehatan Lansia

Saat rena kadar gula darah tinggi, ini merusak pembuluh darah kecil dan saraf di telinga bagian dalam. Selain itu, gula darah rendah dari waktu ke waktu dapat merusak cara sinyal saraf berjalan dari telinga bagian dalam ke otak. Kedua jenis kerusakan saraf ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Konsumsi obat-obatan tertentu

Obat-obatan yang beracun bagi sel-sel sensorik di telinga, misalnya, beberapa obat kemoterapi juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Dampak Gangguan Dengar Lansia

Ketika lansia mengalami gangguan dengar, secara tak sadar akan menimbulkan masalah. Apalagi, jika dirinya atau orang sekitarnya tidak tahu ada masalah pada pendengaran. Masalah tersebut misalnya, seperti berikut.

  1. Nenek usia 70 tahun mengalami gangguan pendengaran. Dia tinggal bersama keluarganya. Namun, ketika semua anggota berkumpul dan berbincang, ia merasa kesulitan. Dia tidak dapat memahami dan mengerti dengan ketika anak-anaknya mengatakan seseuatu
  2. Saat menonton televisi, ia secara otomatis bakal menaikkan volume sangat tinggi. Lantaran, nenek tersebut tidak bisa mendengar dengan jelas. Anggota keluarga lain akhirnya mengeluh tentang hal itu

Akibat hal tersebut, nenek mulai menghindari pertemuan sosial. Ia juga lebih memilih untuk tinggal di kamarnya ketika keluarganya sedang bersenang-senang. Karena, terkadang anggota keluarga malah  menertawakan dirinya. Dampak kejadian itu, akan membuat sang nenek terluka dan kesepian.

Seperti dilansir dari Organisasi Kesehatan Manusia (WHO), lansia yang menderita gangguan dengar seharusnya mendapat dukungan dari keluarga. Sebab, saat gangguan pendengaran tidak tertangani kemungkinan akan memengaruhi kesehatan mental, perasaan kesepian, kecemasan, dan depresi. Tak hanya itu, lansia pun berpotensi terisolasi secara sosial.

Untuk mencegah dampak buruk terhadap lansia akibat gangguan pendengaran, segera konsultasi ke dokter terkait. Anda juga bisa menindaklanjuti dengan datang ke pusat alat bantu dengar, misalnya ke Kasoem Hearing Center. Di sana, Anda dapat konsultasi keluhan terkait gangguan pendengaran.

Baca Juga :   Tips Memilih Alat Bantu Dengar untuk Lansia

Satu-satunya hearing center dengan sertifikat ISO 9001:2015 ini menyediakan layanan mulai dari pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan. Kemudian, pilihan teknologi, dari alat bantu dengar (hearing aid), alat bantu dengar konduksi tulang atau bone anchored hearing aid (BAHA), dan cochlear implant. Selain itu, untuk memaksimalkan pendengaran dapat mendaftarkan sesi terapi Auditory Verbal therapy (AVT).

Mau pakai BPJS? Kasoem juga memberikan layanan untuk pemasangan alat bantu dengar BPJS. Jadi, tunggu apalagi, konsultasikan apa yang Anda butuhkan dan reservasi untuk kunjungan di cabang terdekat kota Anda! Kasoem Hearing Center “one stop solution for all hearing problem.

Rate this post