Gangguan pendengaran merupakan kondisi ketika seseorang mengalami penurunan pendengaran atau tidak mampu mendengar pada ambang pendengaran 20 dB atau lebih baik pada kedua telinga. Ini dapat terjadi pada semua usia, tak terkecuali pada anak-anak. Jika mereka mengalaminya, seperti apa ciri-ciri anak gangguan pendengaran?

Anak Gangguan Pendengaran

World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 60 persen kasus gangguan pendengaran pada anak, penyebabnya dapat dicegah. Sementara, 40 persen dari seluruh kasus tidak dapat dicegah, misalnya faktor genetik.

Dalam catatan American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) gangguan pendengaran karena penyebab genetik dapat muncul saat lahir atau berkembang di kemudian hari. Kebanyakan gangguan pendengaran genetik dapat digambarkan sebagai autosomal resesif atau autosomal dominan dan lebih jarang terkait-X atau pola pewarisan mitokondria.

Sementara itu, 20 persen bayi dengan gangguan pendengaran genetik memiliki sindrom yang menyertainya. Contoh kelainan genetik yang mungkin termasuk gangguan pendengaran sebagai salah satu gejalanya, meliputi:

  • Alport syndrome
  • CHARGE syndrome
  • Crouzon syndrome
  • Down syndrome
  • Goldenhar syndrome
  • Pendred syndrome
  • sickle cell disease
  • Tay-Sachs disease
  • Treacher Collins syndrome
  • Usher syndrome
  • Waardenburg syndrome

Gangguan Pendengaran Kongenital dan Didapat

Penyebab lain gangguan pendengaran bersifat kongenital (muncul saat lahir) atau didapat (berkembang setelah lahir). Jika bawaan, umumnya berhubungan dengan komplikasi kehamilan atau kelahiran.

Bawaan

  1. Tidak adanya atau malformasi bagian telinga luar dan atau tengah seperti atresia, stenosis saluran telinga
  2. Anoksia (yaitu kekurangan oksigen)
  3. Cedera lahir
  4. Komplikasi yang berhubungan dengan faktor Rh dalam darah atau penyakit kuning
  5. Hiperbilirubinemia
  6. Malformasi telinga bagian dalam, misalnya malformasi Mondini, saluran air vestibular besar
  7. Berat badan lahir rendah
  8. Diabetes ibu
  9. Infeksi ibu, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks
  10. Prematuritas
  11. Toksemia selama kehamilan
  12. Keracunan, termasuk obat-obatan dan alkohol yang dikonsumsi ibu selama kehamilan

Didapat

Sementara itu, gangguan pendengaran yang didapat saat anak tumbuh, meliputi:

  • impaksi serumen
  • infeksi telinga, misalnya otitis eksterna, otitis media
  • radang otak
  • paparan kebisingan yang berlebihan
  • trauma kepala, misalnya, cedera otak traumatis, kerusakan pada struktur telinga tengah atau dalam
  • meningitis
  • obat ototoksik
  • adanya benda asing
  • infeksi virus, misalnya campak, gondongan, cacar air

Kategori Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran dapat dikategorikan menjadi tiga. Hal tersebut didasarkan pada letak kerusakan atau masalah pada telinga seperti bagian luar, tengah, dan atau dalam, saraf kranial delapan (CN VIII), dan atau sistem pendengaran pusat.

Adapun tiga jenis gangguan pendengaran, meliputi:

  • konduktif terjadi ketika suara dari luar telinga tidak dapat mengalir ke telinga tengah sampai bagian dalam. Penyebabnya adalah masalah pada saluran telinga, gendang telinga, atau telinga tengah dan tulang-tulang kecilnya (maleus, inkus, dan stapes).
  • sensorineural terjadi karena sel-sel rambut kecil pada koklea (ruangan berisi cairan di telinga bagian dalam) tidak berfungsi dengan baik. Padahal, sel-sel rambut berperan mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik
  • campuran, masalah pendengaran akibat gangguan dengar konduktif dan sensorineural. Artinya, ada kerusakan yang terjadi bersamaan pada telinga luar atau tengah dan telinga bagian dalam atau jalur saraf ke otak

Tanda-tanda Anak Gangguan Pendengaran

Tanda dan gejala gangguan pendengaran pada bayi dan balita bervariasi. Tak hanya itu, mereka tidak seperti orang dewasa yang mudah mengekspresikan atau mengatakan apa yang dirasakan.

Bayi dan Balita

  • kurangnya kejutan terhadap suara keras
  • tidak adanya reaksi terhadap suara
  • kurangnya upaya untuk menemukan sumber suara
  • memperhatikan beberapa suara tetapi tidak pada yang lain
  • gangguan dalam mengoceh dan mengeluarkan suara baru
  • keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan

Anak-anak

Tanda dan gejala gangguan pendengaran pada anak antara lain sebagai berikut.

  1. Keterlambatan perkembangan bicara dan/atau bahasa
  2. Gangguan bunyi bicara
  3. Kesulitan dalam mengikuti atau memahami perintah
  4. Sering meminta pengulangan
  5. Penggunaan peningkatan volume di TV atau perangkat mendengarkan lainnya
  6. Kesulitan mengekspresikan diri secara efektif (misalnya, dalam bahasa lisan dan/atau tulisan)
  7. Frustrasi dengan gangguan komunikasi
  8. Perasaan lelah di penghujung hari sekolah
  9. Kesulitan akademis, perilaku, atau sosial di sekolah (misalnya, kekhawatiran mengenai literasi, keterampilan komunikasi pragmatis dan sosial, dan fungsi eksekutif)

Cek Pendengaran pada Anak di Kasoem Hearing Center

Kasoem Hearing Center berfokus pada one stop solution for all hearing problem. Artinya, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan untuk anak-anak, dewasa hingga orang tua lanjut usia. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center berkomitmen melayani masalah pendengaran.

Dari konsultasi hingga menyediakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pendengaran. Teknologi pendengaran berupa alat bantu pendengaran (ABD), alat bantu dengar konduksi tulang atau bone anchored hearing aid (BAHA) sampai cochlear implant (implan koklea).

Agar teknologi pendengaran dapat dimanfaatkan secara maksimal Kasoem Hearing Center pun menyediakan layanan terapi dengan metode Auditory Verbal therapy (AVT). Butuh informasi lebih lanjut? Hubungi Kasoem Hearing Center melalui Kasoem Care atau kunjungi kami di cabang terdekat di kota Anda!

Rate this post