Cari tahu tentang lokasi kami?

Pemeriksaan Pendengaran Dewasa

Pemeriksaan pendengaran merupakan tes untuk mengetahui kemampuan pendengaran seseorang terhadap bunyi atau suara. Pemeriksaan pendengaran bagi orang dewasa ada enam jenis, antara lain sebagai berikut.
1. Audiometri Nada Murni
Audiometri nada murni merupakan pemeriksaan menggunakan audiometer yang disinyalir mengalami gangguan atau mengalami penurunan pendengaran yang subjektif.
Tes ini dilakukan oleh audiolog atau tenaga kesehatan profesional untuk mengetahui ambang pendengaran, jenis, dan derajat ketulian. Tes ini juga bisa dijadikan sebagai tes rutin (general check up) terhadap orang yang bekerja di tempat bising.
Pada pemeriksaan ini pasien akan diminta mendengarkan beberapa jenis suara, mulai dari suara volume yang sangat keras sampai volume suara yang paling kecil. Pasien yang menjalani tes audiometri nada murni ini harus kooperatif. Karena, audilog bakal mencatat hasil berdasarkan respon dari pasien.
2. Audiometri Tutur
Audiometri tutur merupakan pemeriksaan untuk mencari dan mengetahui tingkat pendengaran seseorang dari volume suara paling keras hingga kecil. Tak hanya diminta mendengarkan suara dengan tingkat volume berbeda, pasien juga diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengarnya.
Seperti dilansir dari John Hopkins Medicine, ada dua hal yang perlu dicatat terkait pemeriksaan audiometri tutur, yakni sebagai berikut.
  1. Seseorang memeriksa seberapa keras suara yang dibutuhkan agar Anda dapat mendengarnya.
  2. Yang lain memeriksa seberapa jelas Anda dapat memahami dan membedakan kata-kata berbeda, ketika mendengar yang diucapkan.
Adapun pemeriksaan audiometri tutur terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
  • Speech reception threshold (SRT)

Speech reception threshold (SRT) digunakan untuk menentukan sejauh mana seseorang dapat mendengarkan sekumpulan suku kata dan menerjemahkan kata-kata yang didengar tersebut.

Saat tes, penderita gangguan dengar bakal memakai headphone dan duduk di bilik suara. Kemudian, dia akan mendengar rekaman daftar kata-kata umum yang diucapkan pada volume yang berbeda atau sampai volume suara terendah yang dapat dikenali. Setelah selesai, audilog meminta mengulangi kata-kata yang didengar dan dikenali sampai batas volume minimal tersebut.

  • Speech discrimination

Sama halnya dengan SRT, tes speech discrimination digunakan untuk mengukur kemampuan dengar dan sejauh mana ia menangkap kata-kata yang didengarnya. Bisa dikatakan, speech discrimination adalah kemampuan pengenalan kata.

Tes speech discrimination sama seperti SRT, penderita gangguan dengar akan diminta mendengar rekaman suara berisi kata-kata. Ia akan diminta untuk mengulangi kata-kata itu. Bedanya, audiolog mengukur kemampuan untuk memahami ucapan pada tingkat mendengarkan yang paling nyaman.

3. Hearing in Noise Test (HINT)
Hearing in Noise Test (HINT) merupakan pemeriksaan untuk mengukur kemampuan penderita gangguan pendengaran memahami percakapan di tempat bising atau ramai. Penderita gangguan dengar akan diminta mendengarkan kalimat dengan latar suara yang bising atau ramai.
Untuk mempermudah penderita gangguan dengar di Indonesia, Konsultan Kasoem Hearing & Speech Center Dr.dr. Siti Faisa Sp. THT-KL (K) MSc AudioVestibular Medicine membuat pemeriksaan Hearing In Noise Test dalam bahasa Indonesia (IndoHINT). Jadi, penderita gangguan dengar bisa melakukan pemeriksaan pendengaran untuk menilai kemampuan memahami percakapan di tempat bising atau ramai.
4. Audiometri Immitans
Audiometri immitans merupakan pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah pada telinga bagian tengah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran. Ada tiga jenis pemeriksaan audiometrri yang dilakukan doker kepada pasiennya, terdiri dari:
  1. Timpanometri, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui kondisi telinga tengah;
  2. Tes fungsi Tuba, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui fungsi tuba eustachius (saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing);
  3. Refleks Akustik, pemeriksaan untuk mengetahui fungsi dari jalur refleks akustik.
Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasang sumbata telinga kepada pasien. Sumbat telinga tersebut akan mengeluarkan beberapa jenis bunyi dengan tingkat volume suara dan tekanan yang berbeda-beda.
5. Otoacoustic Emission (OAE)
Otoacoustic Emission (OAE) merupakan tes untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian telinga bagian dalam atau koklea (saluran berbentuk seperti siput dengan 2,5 lingkaran atau spiral yang membentuk dua pertiga putaran dan mengitari pusat tulang yang disebut modiolus) menjalankan fungsinya.
Ketika menjalankan tes OAE, pasien akan dipasangkan sumbat telinga yang mengeluarkan beberapa jenis bunyi. Kemudian, sel-sel rambut di telinga bagian dalam luar koklea akan mengeluarkan bunyi yang kemudian akan direkam oleh alat OAE.
6. Auditory Brainstem Response (ABR)
Auditory brainstem response (ABR) adalah tes untuk melihat bagaimana saraf pendengaran dan otak merespons suara. Tes ABR tidak menyakitkan. Pada umumnya digunakan untuk mengetahui ambang dengar pada pasien dewasa yang tidak kooperatif dan lokasi lesi atau kelainan (misal tumor) pada jalur saraf pendengaran sampai dengan batang otak.
Pada pemeriksaan ini pasien akan memakai headphone dan memakai elektroda yang ditempelkan di area belakang telinga dan dahi yang terhubung dengan komputer. Aktivitas gelombang otak sebagai respons terhadap suara yang didengar melalui earphone akan terekam.
Tes ini tidak menimbulkan rasa sakit. Saat menjalani ABR, tidak perlu mengatakan atau melakukan apa pun. Bahkan, cukup istirahat dengan tenang atau tidur selama tes.
Open chat
1
Ingin konsultasi lebih dekat?
HELP