Gangguan pendengaran merupakan penurunan atau kehilangan pendengaran akibat masalah pada telinga bagian luar, tengah, dalam mau pun syaraf pendengaran. Kondisi ini dapat menyerang pada satu telinga yang disebut gangguan pendengaran unilateral. Seperti apa gangguan pendengaran unilateral?

Gangguan Pendengaran Unilateral

Orang dengan gangguan dengar unilateral mengalami penurunan atau kehilangan pendengaran hanya pada satu telinga saja. Artinya, satu telinga lain masih dapat mendengar secara normal.

Gangguan pendengaran unilateral dapat terjadi pada bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa. Pada bayi baru lahir, gangguan dengar dapat terjadi karena bawaan dan diagnosis dapat melalui screening pendengaran.

Sementara itu gangguan dengar yang terjadi pada anak-anak, dapat terjadi secara berlipat ganda ketika mereka mencapai usia sekolah. Sedangkan, gangguan pendengaran pada orang dewasa kemungkinan akibat cedera atau penyakit yang disebabkan oleh kebisingan.

Seperti dilansir dari hearnadsay.org.au, tingkat gangguan pendengaran unilateral berkisar dari ringan hingga berat. Jika gangguan pendengaran unilateral masuk kategori parah hingga berat, mereka disebut sebagai tuli satu sisi.

Penyebab

Penyebab gangguan dengar unilateral ini bermacam-macam. Adapun faktor yang menyebabkannya termasuk, antara lain sebagai berikut.

  • Genetika
  • Kecelakaan, trauma atau cedera kepala
  • Infeksi virus atau bakteri
  • Penyakit selama kehamilan (misalnya sitomegalovirus)
  • Mikrotia, keadaan yang mana ukuran daun telinga lebih kecil dari ukuran yang normal
  • Atresia, dikenal dengan atresia aural adalah kelainan yang terjadi saat bayi lahir tak memiliki saluran telinga atau saluran telinganya tidak terbentuk secara normal.
  • Penyakit Meniere, gangguan pada telinga bagian dalam yang menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan
  • Mastoiditis, infeksi bakteri serius yang memengaruhi tulang mastoid di belakang telinga
    Paparan kebisingan yang berlebihan

Tanda dan Gejala Gangguan Pendengaran Unilateral

Ketika orang mengalami gangguan dengar unilateral artinya satu telinga lain masih dapat mendengar secara normal. Maka dari itu, ada tanda dan gejala yang dapat ditemukan untuk membedakannya, yaitu sebagai berikut.

  1. Menyukai satu telinga saat bercakap-cakap atau berbicara di telepon
  2. Sering meminta orang lain untuk mengulangi apa yang telah mereka katakan
  3. Merasa lelah di penghujung hari, kemungkinan karena berusaha keras untuk mendengarkan
  4. Berjuang untuk mengetahui arah suara berasal (lokalisasi)
  5. Mengalami dering di satu telinga (tinnitus)
  6. Berpartisipasi lebih sedikit dalam situasi sosial
  7. Berjuang untuk memahami ucapan di lingkungan yang bising

Diagnosis

Mengukur gangguan dengar satu telinga tak hanya dengan tanda dan gejala saja. Karena, perlu pemeriksaan pendengaran. Apa saja tes pendengaran untuk memastikannya?

Pemeriksaan pendengaran bervariasi, tergantung pada usianya. Adapun tes pendengaran, yakni sebagai berikut.

Baca Juga : Ini Jenis Gangguan Pendengaran karena EVA

Auditory brainstem response (ABR)

Untuk bayi baru lahir, mereka sering didiagnosis melalui pemeriksaan pendengaran bayi baru lahir universal. Jika bayi dirujuk untuk pengujian lebih lanjut untuk satu telinga, janji temu dengan audiolog dibuat dalam waktu enam minggu.

Skrining pendengaran merupakan langkah pertama dan penting untuk menilai apakah bayi memiliki pendengaran normal atau sebaliknya. Salah satu tes adalah auditory brainstem response (ABR) atau automated auditory brainstem response (AABR).

Tes respons batang otak auditori ini termasuk aman dan tidak menimbulkan rasa sakit pada bayi. Tes ini untuk melihat bagaimana saraf pendengaran dan otak merespons suara.

Behavioral Test

Untuk bayi dan balita yang lebih tua, tes fokus pada anak-anak melakukan sesuatu yang membuat penguji tahu bahwa mereka telah mendengar suara tersebut. Misalnya, mungkin melihat ke orang tua mereka atau boneka di jendela. Mereka juga dapat mengambil giliran dalam permainan mendengarkan. Jenis pengujian ini memiliki keuntungan untuk memberi tahu kami gambaran lengkap tentang fungsi jalur pendengaran karena anak melakukan tindakan untuk menunjukkan bahwa mereka telah mendengar suara.

Adapun tes pendengaran, seperti:

  1. Play Audiometry untuk mengukur kemampuan balita membedakan antara intensitas suara yang berbeda, mengenali nada atau membedakan ucapan dari latar belakang bising. Tak hanya untuk balita, anak-anak pada rentang usia dua hingga lima tahun juga dapat menjalani tes tersebut.
  2. Visual Reinforcement Audiometry (VRA) untuk menilai pendengaran anak-anak berusia enam bulan hingga sekitar dua hingga tiga tahun, yaitu Visual Reinforcement Audiometry (VRA). Dengan VRA, memungkinkan audilog melatih anak-anak dalam merespons suara.

Sementara itu, untuk anak-anak yang lebih tua dan tes pendengaran orang dewasa memakan waktu sekitar 60 sampai 90 menit dan melibatkan serangkaian penilaian non-invasif.

Baca juga: Kenali Berbagai Metode Tes Pendengaran untuk Anak-anak

Butuh informasi lebih lanjut untuk tes gangguan pendengaran unilateral?

Silakan kunjungi Kasoem Hearing Center. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan untuk anak-anak, dewasa hingga orang tua lanjut usia oleh audilog profesional.

Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center pun menyediakan teknologi untuk membantu, seperti alat bantu dengar (ABD), bone anchored hearing aid (BAHA) sampai cochlear implant (implan koklea). Jadi, tunggu apalagi segera buat janji temu dengan menghubungi Kasoem Care melalui 08118179910, untuk mengatasi masalah pendengaran Anda.

Rate this post