Bukan hanya orang dewasa atau lanjut usia (lansia), bayi yang baru lahir ke dunia bisa mengalami gangguan pendengaran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hal tersebut kemungkinan karena ada masalah selama kehamilan sang ibu. Sehingga, berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan pendengaran bayi. Bagaimana cara sang ibu cegah bayi gangguan pendengaran?
Bayi Gangguan Pendengaran
World Health Organization (WHO) mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab bayi gangguan pendengaran (konginetal). Hal tersebut ternyata terjadi ketika masa kehamilan sang ibu atau setelah bayi lahir ke dunia. Adapun rinciannya, yaitu sebagai berikut.
- Gangguan pendengaran yang diwarisi secara langsung atau tidak langsung dari orang tua
- Kelahiran prematur dan atau berat badan lahir rendah
- Kesulitan melahirkan yang menyebabkan bayi kekurangan oksigen (hipoksia)
- Infeksi pada ibu, seperti rubella (campak jerman), sifilis, infeksi sitomegalovirus dan toksoplasmosis selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan pada telinga bagian dalam bayi
- Penggunaan obat-obatan tertentu yang merusak pendengaran
- Penyakit kuning, terutama jika tidak mendapatkan pengobatan
Di samping kondisi tersebut, menurut WHO masih banyak bayi dan anak-anak dengan diagnosa gangguan pendengaran tanpa ada penyebab yang jelas. Maka dari itu, penting untuk melakukan skrining pendengaran sesaat seusai bayi lahir ke dunia.
Hasil skrining pendengaran pada bayi baru lahir akan menunjukan bayi lolos dari masalah pendengaran atau tidak. Saat bayi dinyatakan lolos dari tes pendengaran, orang tua ternyata belum bisa bernafas lega. Sebab, ada kemungkinan bayi mengalami masalah pendengaran di kemudian hari.
Jaga Masa Kehamilan Cegah Bayi Gangguan Pendengaran
Untuk melindungi pendengaran bayi selama masa kehamilan, ibu yang sedang mengandung harus hati-hati. Dalam catatan hear-it.org, caranya adalah:
- harus berhenti merokok dan tidak minum beralkohol
- menghindari janin terkena kebisingan
Berhenti merokok dan konsumsi minuman beralkohol
Menurut survei di Swedia, malnutrisi dan racun dari rokok dan alkohol mengurangi pembentukan sel pada janin. Ini dapat memengaruhi organ pendengaran, yang mungkin tetap berukuran kecil seumur hidup. Selain itu, bayi berisiko lahir dengan sel sensorik pendengaran yang lebih sedikit dari biasanya. Normalnya, sel-sel ini jumlahnya sekitar 18.000.
Dengan demikian, anak berpotensi mengalami gangguan pendengaran sensorineural. Karena, setiap sel rambut mungkin tidak maksimal mengirimkan suara melalui saraf pendengaran ke otak. Otak pun mungkin tidak dapat menerima sinyal suara dan manusia tidak dapat mendengar.
Studi lain menemukan penurunan yang signifikan pada rata-rata amplitudo respons TEOAE pada bayi, yang terpapar rokok dalam jumlah tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ini menunjukkan bahwa merokok berdampak buruk pada perkembangan koklea di telinga bagian dalam.
Paparan kebisingan
Sementara itu, ibu hamil juga harus mengindari paparan kebisingan. Jika seorang wanita hamil menghabiskan waktu dalam kebisingan yang berlebihan, ia berisiko melahirkan bayi dengan gangguan pendengaran akibat kebisingan. Pendengaran janin berkembang sempurna 20 minggu setelah pembuahan dan tidak terlindungi.
Kebisingan yang berlebihan selama kehamilan juga dapat menyebabkan kelahiran prematur. Menurut Pediatrics, sebuah majalah Amerika, wanita yang terkena paparan radiasi 80 desibel (dB) selama delapan jam mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur.