Gangguan pada tubuh bisa terjadi pada manusia. Salah satu yang dapat terserang adalah gangguan pada indra pendengaran atau telinga. Apa saja yang tergolong gangguan pada telinga?

Gangguan pada Indra Pendengaran

World Health Organization (WHO) menjelaskan gangguan pendengaran adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat mendengar sebaik seseorang dengan pendengaran normal pada ambang pendengaran 20 desibel (dB) atau lebih baik di kedua telinga. Gangguan pendengaran ini bisa ringan, sedang, berat atau sangat berat.

Gangguan pada indra pendengaran ini pun dapat bersifat sementara atau permanen. Menurut Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemkes) gangguan pada indra pendengaran atau telinga terbagi menjadi lima jenis. Masalah tersebut, bisa dialami dari sejak bayi lahir hingga orang tua lanjut usia (lansia).

Adapun lima jenis gangguan pendengaran adalah sebagai berikut.

  1. Tuli sejak lahir (tuli kongenital)
  2. Sumbatan serumen (kotoran telinga)
  3. Otitis media supuratif kronik (OMSK/congek)
  4. Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB)
  5. Tuli karena usia lanjut (presbikusis)

Jenis-jenis Gangguan pada Indra Pendengaran

Tuli Kongenital

Gangguan pada indra pendengaran tuli kongenital atau bawaan artinya gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir. Menurut American Speech Language Hearing Association (ASHA) penyebab gangguan pendengaran pada bayi baru lahir meliputi:

  • infeksi, seperti rubella atau virus herpes simpleks
  • lahir prematur
  • berat badan lahir rendah
  • cedera lahir
  • penggunaan obat-obatan dan alkohol saat hamil
  • penyakit kuning dan masalah faktor Rh
  • diabetes ibu
  • tekanan darah tinggi saat hamil (preeklamsia)
  • bayi tidak memiliki cukup oksigen (anoksia)
  • genetika

Sumbatan serumen (kotoran telinga)

Serumen atau kotoran telinga bermanfaat untuk membersihkan telinga dan melindungi dari debu, kotoran, dan infeksi. Hanya saja, pada beberapa kasus kotoran telinga malah menumpuk dan tak bisa ke luar seperti biasanya (serumen prop atau impaksi serumen).

Risiko impaksi serumen terjadi pada orang yang:

  • menggunakan alat bantu dengar, penyumbat telinga atau earbud
  • memiliki banyak bulu telinga
  • memiliki kondisi kulit tertentu seperti eksim
  • meletakan penyeka kapas atau benda lain ke telinga
  • berusia di atas 55 tahun
  • memiliki cacat perkembangan
  • memiliki saluran telinga yang cacat yang mengganggu pembuangan kotoran alami

Otitis media supuratif kronik

Otitis media supuratif kronis merupakan infeksi pada telinga tengah tanpa gendang telinga (membran timpani) yang utuh. Peradangan ini terjadi terus-menerus (otorrhea).

Otitis media supuratif kronis biasanya berkembang pada:

  • anak usia dini, paling sering sekitar usia dua tahun
  • anak-anak dengan kelainan kraniofasial seperti langit-langit mulut sumbing dan mereka yang lahir dengan Down syndrome
  • pada kasus jarang terjadi, otitis media ini bisa diderita anak dengan sindrom Gradenigo, yang disertai nyeri orbito-wajah dan kelumpuhan saraf kranial keenam

Gangguan pada indra pendengaran akibat bising

Gangguan pendengaran akibat kebisingan (noise-induced hearing loss) adalah penurunan pendengaran ketika seseorang terlalu sering terpapar suara keras atau terpapar suara terlalu keras dalam waktu yang singkat. Hal tersebut, dapat merusak merusak struktur sensitif di telinga bagian dalam.

Tuli karena usia lanjut (presbikusis)

Presbikusis atau gangguan pendengaran lansia (orang tua lanjut usia) adalah penurunan pendengaran secara bertahap pada kedua telinga, seiring bertambahnya usia. Kondisi ini umum dialami oleh lansia. Penyebabnya mulai dari perubahan di telinga, kebisingan sampai konsumsi obat-obatan tertentu.

Punya gangguan pada indera pendengaran?

Silakan menghubungi atau mengunjungi Kasoem Hearing Center. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center dapat menjadi solusi masalah pendengaran. Di sana tersedia pemeriksaan mulai dari bayi, dewasa hingga orang tua lanjut usia (lansia).

Sementara itu, untuk membantu pendengaran tersedia teknologi seperti alat bantu dengar (hearing aid), Bone-Anchored Hearing Aid (BAHA), dan cochlear implant. Untuk menujang kebutuhan komunikasi, Kasoem Hearing Center pun menyediakan program rehabilitasi berupa Auditory Verbal therapy (AVT).

Fokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center adalah solusi masalah pendengaran Anda. Segera kunjungi Kasoem Hearing Center di cabang-cabang terdekat kota Anda!

Rate this post