Gangguan pendengaran merupakan kondisi yang menyebabkan salah satu atau kedua telinga kehilangan pendengaran. Banyak faktor yang menjadi penyebab gangguan pendengaran. Salah satunya adalah mengonsumsi obat. Apa saja obat penyebab gangguan pendengaran?
Obat Penyebab Gangguan Pendengaran
World Health Organization (WHO) mendefinisikan gangguan pendengaran adalah seseorang yang tidak dapat mendengar sebaik seseorang dengan pendengaran normal pada ambang pendengaran 20 desibel (dB) atau lebih baik di kedua telinga. Kondisi tersebut dapat terjadi karena masalah pada bagian telinga luar, tengah, dalam atau saraf pendengaran (saraf koklea).
Faktor yang menyumbang gangguan dengar keracunan obat. Seperti dilansir dari laman University of Michigan Health, mengonsumsi obat dalam dosis tertentu ternyata memengaruhi pendengaran. Ini bisa bersifat sementara atau permanen. Jika sudah begitu, penderita tidak lagi memiliki kemampuan maksimal dalam pendengaran.
Apa sajakah obat penyebab gangguan pendengaran?
Gangguan pendengaran permanen
- Antibiotik aminoglikosida, seperti gentamisin. Ini adalah obat yang digunakan untuk mengobati beberapa jenis infeksi bakteri dan tidak akan bekerja untuk pilek, flu, atau infeksi virus lainnya (riwayat keluarga dapat meningkatkan kerentanan). Jenis lainnya meliputi amikasin, kanamisin, neomisin, netilmisin, streptomisin, tobramisin, dan vankomisin
- Obat untuk berbagai jenis kanker, seperti cisplatin dan carboplatin
Kerusakan pendengaran sementara
- Salisilat, jenis obat umum yang bebas jual (OTC). Salisilat yang paling terkenal adalah aspirin untuk menghilangkan rasa sakit dan untuk mengobati kondisi jantung
- Kina untuk mengobati malaria
- Loop diuretics (diuretik loop) mengeluarkan kelebihan garam dan cairan dari tubuh, untuk mengobati jantung dan ginjal
Kenapa obat memicu gangguan dengar?
Dalam artikel Mechanism and Prevention of Ototoxicity Induced by Aminoglycosides seperti dilansir dari Frontiers in Cellular Neuroscience dijelaskan bahwa obat ototoksik merupakan faktor penting dalam induksi gangguan pendengaran.
Obat-obatan ototoksik terutama memengaruhi sel-sel rambut, menyebabkan kerusakan permanen pada pendengaran. Itu terjadi karena aminoglikosida dapat menumpuk di telinga bagian dalam dan sulit untuk dimetabolisme.
Karena sel rambut pada mamalia mengalami diferensiasi akhir dan tidak memiliki kemampuan untuk beregenerasi secara spontan. Jika mati, obat ototoksik dapat memiliki efek serius pada pendengaran. Sehingga, menyebabkan gangguan pendengaran permanen.
Sementara, kasus lain, paparan suara keras saat mengonsumsi obat tertentu akan meningkatkan efek merusaknya. Gangguan dengar ototoksik ini bisa bersifat sementara. Sebab, terkadang dapat pulih saat terapi obat berhenti. Hanya saja, ada juga yang kerusakannya bersifat permanen.