Gangguan pendengaran dapat muncul secara ketika bayi lahir (bawaan) atau muncul tiba-tiba di usia dewasa. Maka dari itu, perlu pemeriksaan untuk memastikannya. Jika bayi yang baru lahir bisa melakukan screening di rumah sakit, orang dewasa pun sama. Lantas, seperti apa saja tes pendengaran dewasa?

Tes Pendengaran Dewasa

Tes pendengaran dapat menunjukan derajat pendengaran seseorang. Hasilnya, bila tidak ada masalah adalah pendengaran normal. Artinya bisa mendengar suara kurang dari 25 desibel (dB). Sementara, ketika bermasalah hasilnya akan berbeda dengan level ringan sampai parah.

Dengan tes pendengaran dewasa, tidak perlu menerka-nerka hasilnya. Karena akan muncul hasil akurat dari tes tersebut. Adapun tes pendengaran dewasa terdiri dari beberapa jenis seperti berikut.

Tes pendengaran dewasa Audiometri Nada Murni (Pure-tone Audiometry)

Tes audiometri nada murni (Pure-tone audiometry) merupakan pemeriksaan pendengaran untuk membantu menemukan suara paling tenang pada nada atau frekuensi yang berbeda. Selain itu, berguna untuk mengukur dan mengetahui ambang pendengaran pada frekuensi yang berbeda-beda. Tes ini disebut juga sebagai konduksi udara, karena suara melewati telinga luar dan tengah.

Audiometri Tutur (Speech audiometry)

Audiometri tutur (Speech audiometry) adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pendengaran seseorang dan kemampuan mengulangi kata-kata saat mendengarkan ucapan pada volume berbeda-beda. Tes iniberfungsi untuk mengetahui jenis gangguan pendengaran saraf. Pemeriksaan audiometri tutur terbagi menjadi dua, yaitu speech reception threshold (SRT) dan speech discrimination.

Audiometri Impedansi (Impedance audiometry)

Audiometri immitansi (Impedance audiometry) merupakan tes untuk mengukur perubahan dan fluktuasi gendang telinga (membran timpani) serta integritas sistem saraf dalam menanggapi rangsangan. Dalam catatan Florida Otolaryngology Group, tes ini dapat menentukan adanya cairan telinga tengah, disfungsi tuba eustachius dan status tabung ventilasi setelah pemasangan pembedahan, serta masalah pada saraf antara telinga dan otak. Audiometri immitansi terdiri dari tiga prosedur, yaitu timpanometri, acoustic reflex test, dan tes peluruhan refleks.

Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

Auditory brainstem response (ABR) atau tes respons batang otak auditori merupakan tes untuk mengetahui bagaimana kerja telinga bagian dalam, khususnya koklea dan jalur otak. Pemeriksaan dengan metode ini dapat juga digunakan untuk anak-anak atau orang dewasa yang tidak dapat menyelesaikan pemeriksaan pendengaran biasa. Tes yang disebut auditory evoked potential (AEP) dapat mendiagnosis gangguan pendengaran yang penyebabnya berasal dari otak atau di jalur otak.

Otoacoustic Emission (OAE)

Otoacoustic emission (OAE) merupakan tes yang berfungsi untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam atau koklea, khususnya sel-sel rambut di dalamnya saat merespons suara. Pada telinga bagian dalam terdapat sel-sel rambut yang merespons suara dengan bergetar. Getaran tersebut menghasilkan suara yang sangat pelan yang bergema kembali ke telinga tengah. Suara tersebut adalah OAE.

Saat seseorang memiliki pendengaran normal, maka akan menghasilkan OAE. Tapi sebaliknya, ketika terjadi gangguan pendengaran dengan ukuran lebih besar dari 25–30 desibel (dB), suara yang sangat lembut tersebut tidak akan dihasilkan.

Hearing in Noise Test (HINT)

Hearing in Noise Test (HINT) atau tes pendengaran dalam kebisingan merupakan pemeriksaan untuk mengukur kemampuan dengar orang dewasa memahami percakapan di tempat dengan latar belakang tenang dan bising. Catatan dari The Hearing Journal menyebut pengujian yang dikembangkan oleh House Ear Institute ini dinilai penting untuk memastikan keselamatan orang-orang dengan pekerjaan yang kritis terhadap pendengaran. 

Hasil Pemeriksaan Pendengaran Dewasa

Ada pun hasil pemeriksaan pendengaran menunjukan tingkat kemampuan gangguan dengar masing-masing individu. Seperti dilansir dari American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), derajat gangguan dengar dibagi menjadi sebagai berikut.

  • Normal: memiliki kemampuan mendengar suara -10 sampai 15 decibel (dB)
  • Sedikit: memiliki kemampuan mendengar suara 16 sampai 25
  • Ringan: memiliki kemampuan mendengar suara 26 sampai 40
  • Sedang: memiliki kemampuan mendengar suara 41 sampai 55
  • Cukup Parah: memiliki kemampuan mendengar suara 56 sampai 70
  • Parah: memiliki kemampuan mendengar suara 71 sampai 90 dB
  • Amat sangat parah: memiliki kemampuan mendengar suara 91+dB
Rate this post