Tidak semua bayi lahir dalam fisik yang sempurna. Salah satu yang dapat mengalami kelainan adalah telinga. Misalnya, terjadi kelainan pinna dan posisi telinga rendah. Seperti apa itu?

Telinga

Deskripsi telinga berlabel “normal”, dalam catatan Stanford Medicine ketika semua struktur telinga luar, termasuk bagian daun telinga (pinna), yakni helix, antihelix, tragus, antitragus, skafoid/fossa segitiga, dan saluran pendengaran eksternal ada dan terbentuk dengan baik. Letak kedua telinga yang normal berada di kedua sisi kepala, tepat di atas lobus temporal.

Kelainan Pinna dan Posisi Telinga Rendah

Dalam catatan Radiopaedia, telinga yang terletak rendah adalah istilah deskriptif untuk menunjukkan posisi pinna yang tertekan atau rendah secara tidak normal, sebesar dua atau lebih standar deviasi di bawah rata-rata populasi.

Telinga luar atau pinna terbentuk saat bayi tumbuh di dalam rahim ibu. Pertumbuhan bagian telinga ini terjadi pada saat banyak organ lain sedang berkembang (misalnya ginjal). Perubahan bentuk atau posisi pinna yang tidak normal mungkin merupakan tanda bahwa bayi juga mengalami masalah terkait lainnya.

Menurut Mount Sinai, kelainan bentuk pinna yang mungkin berhubungan dengan kondisi medis, seperti:

  • lipatan atau letak pinna yang tidak normal
  • telinga rendah
  • tidak ada bukaan pada saluran telinga
  • tidak ada pinna
  • tidak ada pinna dan saluran telinga (anotia)

Penyebab Kelainan Pinna dan Posisi Telinga Rendah

Kelainan pinna dan posisi telinga rendah dapat terkait dengan sejumlah anomali. Adapun penyebabnya adalah sebagai berikut.

Down syndrome

Gangguan pendengaran yang signifikan dan malformasi pinna eksternal adalah dua kelainan paling umum yang terlihat pada Down syndrome. Dalam abstrak Abnormal pinna type and hearing loss correlations in Down’s syndrome oleh Mazzoni, D. S., Ackley, R. S., & Nash, D. J. (1994) seperti dilansir dari APA PsycNet, menjelaskan korelasi pinna abnormal pada individu dengan Down syndrome.

Hasil penelitian terhadap 20 peserta, dari usia enam bulan hingga 59 tahun) menunjukkan, 90 persen penderita sindrom Down mengalami gangguan pendengaran yang signifikan, dibandingkan dengan 54,2 persen pada Ss dengan retardasi non-Down dan tidak ada gangguan pendengaran pada kelompok kontrol. Sementara, Ss dengan sindrom Down menunjukkan 3,35 cacat pinna per telinga, dengan malformasi heliks sangat jelas terlihat. Ss Non-Down menunjukkan 2,5 cacat pinna per telinga, dengan cacat concha yang paling umum.

Sindrom Turner

Turner syndrome adalah kelainan kromosom langka yang disebabkan oleh hilangnya sebagian atau seluruhnya (monosomi) kromosom X. Sindrom Turner sangat bervariasi dan dapat berbeda secara signifikan antara satu orang dengan orang lainnya. Wanita dengan sindrom Turner dapat mengembangkan berbagai ciri fisik yang khas termasuk leher pendek dengan penampilan berselaput, garis rambut rendah di bagian belakang kepala, telinga rendah dan kuku jari tangan dan kaki sempit yang menghadap ke atas.

Selain dua sindrom tersebut, kondisi langka yang dapat menyebabkan posisi telinga rendah dan cacat, yakni sebagai berikut.

  • Sindrom Beckwith-Wiedemann
  • Potter syndrome
  • Rubinstein-Taybi syndrome
  • Sindrom Smith-Lemli-Opitz
  • Treacher Collins syndrome
  • Trisomi 13
  • Trisomi 18

Sebagian besar kondisi yang berkaitan dengan kelainan pinna dan letak telinga rendah terdeteksi segera setelah bayi lahir. Jadi, pengobatan bisa dimulai sejak dini. Pengobatan yang tersedia bergantung pada jenis perbedaan daun telinga dan usia anak.

Rate this post