Anak-anak di bawah usia lima tahun sangat rentan terhadap serangan penyakit, termasuk balita. Salah satu yang tak dapat mereka hindari adalah gangguan pendengaran. Apa penyebab balita mengalami gangguan pendengaran?

Balita Mengalami Gangguan Pendengaran

Rentang masa balita adalah satu hingga tiga tahun. Selama waktu ini, pertumbuhan fisik dan perkembangan motoriknya akan melambat. Tetapi, balita akan mengalami perubahan intelektual, sosial, dan emosional yang luar biasa. Jika mereka mengalami gangguan pendengaran, dalam catatan Kids Health, penyebabnya antara lain sebagai berikut.

  1. Keturunan: orang tua memiliki masalah pendengaran atau ada riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak.
  2. Masalah saat lahir: pernah menjalani perawatan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) lebih dari lima hari atau memiliki riwayat penyakit kuning yang membutuhkan transfusi darah
  3. Telah menjalani kemoterapi atau telah diobati dengan antibiotik intravena yang diketahui beracun bagi organ pendengaran dan/atau keseimbangan
  4. Menderita asfiksia perinatal
  5. Menerima terapi oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO)
  6. Infeksi yang terjadi sebelum dan sesudah lahir: termasuk CMV, meningitis bakteri dan virus, herpes, rubella, sifilis, toksoplasmosis
  7. Anak memiliki sindrom, kelainan genetik atau kondisi kraniofasial yang diketahui terkait dengan gangguan pendengaran

Gejala

Medline Plus mengungkapkan ada beberapa hal yang menandakan balita mengalami masalah pendengaran, antara lain sebagai berikut.

  1. Speech delay atau ucapan yang sulit dimengerti. Karena, sebagian besar anak kecil dapat mengucapkan beberapa kata, seperti “mama” atau “dada”, pada usia 15 bulan
  2. Tidak merespon saat dipanggil namanya
  3. Tidak memperhatikan

Diagnosis

Gejala saja tidak bisa menjadi acuan pasti bahwa balita mengalami gangguan pendengaran atau tidak. Namun, dengan tanda-tanda yang diketahui lebih awal, orang tua dapat melakukan pemantauan terkait pendengaran secara rutin. Sehingga, dapat menghindari risiko kehilangan pendengaran.

Baca Juga :   Bayi Gangguan Pendengaran, Mulai Layanan Intervensi Sebelum Usia 6 Bulan

Untuk memastikan seperti apa kondisinya, langkah terbaik adalah melakukan tes pendengaran di penyedia layanan kesehatan atau hearing center yang terpercaya. Dokter spesialis atau audilog akan melakukan pemeriksaan mulai dari Auditory Brainstem Response (ABR) atau Automated Auditory Brainstem Response (AABR) dan Otoacoustic Emission atau tes emisi otoakustik otomatis (OAE).

Auditory Brainstem Response (ABR)

Auditory Brainstem Response (ABR) atau tes respons batang otak auditori merupakan tes yang aman dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi balita. Dengan pemeriksaan ini, audilog dapat melihat bagaimana respons saraf pendengaran dan otak terhadap suara. Sehingga, penyedia layanan kesehatan mengetahui informasi tentang seberapa baik suara bergerak dari saraf pendengaran ke batang otak atau kemungkinan gangguan pendengaran.

Otoacoustic Emission (OAE)

Otoacoustic Emission berguna untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam atau koklea, bekerja. Caranya, dengan mengukur emisi otoacoustic. OAE merupakan suara yang keluar dari telinga bagian dalam saat merespons suara. Itu terjadi ketika sel-sel rambut di telinga bagian dalam merespon suara dengan bergetar. Getaran tersebut menghasilkan suara yang sangat pelan yang bergema kembali ke telinga tengah.

Selain itu, balita juga dapat menjalani tes seperti Play Audiometry dan Visual Reinforcement Audiometry (VRA). Keduanya dapat mengukur seperti apa pendengaran bayi. 

Mencari tempat pemeriksaan pendengaran balita?

Anda dapat berkunjung ke Kasoem Hearing Center. Sebagai satu-satunya hearing center dengan sertifikasi ISO 9001:2015 ini berfokus pada one stop solution for all hearing problem. Pelayanan yang tersedia mulai dari pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan oleh audilog profesional bagi bayi, anak-anak hingga orang tua lanjut usia (lansia).

Tak hanya itu, Anda bisa mendapat solusi berupa teknologi untuk gangguan dengar meliputi alat bantu dengar (ABD), alat bantu dengar koduksi tulang (Baha) sampai cochlear implant (implan koklea). Tak ketinggalan, tersedia terapi untuk memaksimalkan pendengaran, yaitu auditory verbal-therapy (AVT).

Baca Juga :   Ini Jenis Gangguan Dengar yang Berpotensi Diderita Anak-anak

Segera hubungi Kasoem Hearing Center melalui layanan Kasoem Care atau kunjungi cabang-cabang terdekat di kota Anda!

Rate this post