Alat bantu dengar berguna membantu meningkatkan pendengaran dan memahami pembicaraan lebih baik. Mereka dapat memakainya seusai mendapat alat bantu dengar dari dokter spesialis atau fasilitas kesehatan. Agar seseorang yang menderita gangguan pendengaran terbantu dalam berbagai kondisi, kapan pemakaian alat bantu dengar?

Pakai alat bantu dengar sesering mungkin

Doctor of Audiology at Cleveland Hearing & Speech Center Laura L. Brady menyarankan orang dengan gangguan pendengaran memakai perangkatnya sesering mungkin setiap hari. Salah satu alasan dengan dukungan sains menyebutkan penggunaan alat bantu dengar secara konsisten dapat menyambungkan atau mengaktifkan kembali jalur dormant di otak.

Hal tersebut mengacu pada kemampuan otak untuk melakukan penyesuaian. Sama seperti otak yang menyambung ulang untuk beradaptasi dengan gangguan pendengaran, otak juga akan menyusun ulang sinyal dari alat bantu dengar.

Penggunaan hearing aid yang konsisten, misalnya 12-16 jam per hari akan membantu mengatur ulang otak, untuk mengkategorikan sinyal sebagai penting dan membutuhkan fokus.

Bangun hingga Tidur

Sementara itu, Oticon merekomendasikan kapan pemakaian alat bantu dengar mulai bangun hingga pergi tidur. Aktivitas mendengar dari bangun hingga tidur ini berguna membantu otak tetap sehat dan tajam. Karena, mereka dapat mendengar semua suara, mulai dari kicauan burung, percakapan telepon hingga berita malam.

Otak dari orang yang menderita gangguan pendengaran tidak dapat memproses suara dengan benar. Sehingga, membuat lebih sulit fokus dan memahami apa yang terjadi di sekitar.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan otak terkuras. Dampaknya, bermasalah saat mengingat sesuatu atau merasa kelelahan setelah acara sosial. Maka dari itu, ada alat bantu dengar dengan teknologi Brain Hearing. Teknologi tersebut memungkinkan untuk fokus sepanjang hari pada kualitas suara dan informasi yang dibutuhkan.

Baca Juga :   Sering Digambarkan sebagai Pusing, Apa itu Vertigo?

Adapun rekomendasi kapan pemakaian alat bantu dengar, yaitu sebagai berikut.

  1. Untuk pertemuan sosial dan pesta. Ketika mendengar suara dan percakapan, mereka dapat tetap terlibat, aktif, dan menikmati setiap momen.
  2. Saat bersantap di restoran. Ini membantu memastikan mendengar semua yang dikatakan teman makan atau pelayan tanpa kebisingan latar belakang yang mengganggu.
  3. Di rumah, bahkan jika tinggal sendiri. Alat bantu dengar dapat memberi tahu tentang situasi darurat, seperti sistem keamanan, alarm asap, sirene cuaca atau pemberitahuan penting lainnya.

Baca Juga : Jangan sampai Salah, Begini Cara Memilih Alat Bantu Dengar

Lepaskan Alat Bantu Dengar

Meski alat bantu dengar perlu digunakan sesering mungkin, tak berarti orang dengan gangguan dengar harus memakainya selama 24 jam sehari atau tujuh hari seminggu. Di samping itu, orang dengan gangguan dengar perlu melepas alat bantu dengar dalam beberapa aktivitas.

Jangan memakai alat bantu dengar ketika:

  1. Di kamar mandi atau bak mandi
  2. Berenang atau di dalam air
  3. Di salon
  4. Saat memakai parfum
  5. Saat menerapkan semprotan rambut dan tabir surya
  6. Di sekitar suara yang sangat keras (seperti memotong rumput)
  7. Alat bantu dengar juga tidak boleh dipakai saat tidur. Sebab, berisiko hilangnya alat bantu dengar atau rusak. Selain itu, tidur tanpa perangkat memberi telinga kesempatan untuk “bernapas” semalaman, memungkinkan udara bersirkulasi, serta berpotensi mengurangi kemungkinan penumpukan kotoran telinga lebih banyak.

Di mana tempat yang menyediakan alat bantu dengar?

Alat bantu dengar tersedia di hearing center, salah satunya Kasoem Hearing Center. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center menyediakan berbagai jenis alat bantu dengar sesuai kebutuhan.

Baca Juga :   Apakah Alat Bantu Dengar Tahan Air, Ini Jawabannya

Selain itu, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan lengkap untuk bayi, anak-anak hingga dewasa. Dengan tagline “One Stop Solution for All Hearing Problem” Kasoem Hearing Center berkomitmen memenuhi kebutuhan gangguan pendengaran di Indonesia.

Rate this post