Pemeriksan pendengaran penting dilakukan sejak dini. Selain diagnosis yang tepat, hasilnya dapat menjadi rujukan untuk memutuskan langkah yang tepat terkait perawatan, jika ada gangguan pendengaran di masa depan. Lantas, seperti apa pemeriksaan gangguan pendengaran?

Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran merupakan penurunan pendengaran karena kerusakan telinga bagian luar, tengah, dalam atau saraf pendengaran. Kondisi tersebut, membuat penderitanya kesulitan saat mendengarkan bunyi atau suara di berbagai kondisi pada tingkat tertentu. Bahkan, dalam beberapa kasus mereka tidak dapat mendengarkan suara sama sekali.  

Jika tak tertangani, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) gangguan pendengaran akan berdampak pada banyak aspek kehidupan. Sebab, gangguan dengar dapat menyerang anak-anak, orang dewasa hingga orang lanjut usia (lansia). Misalnya, anak-anak ketinggalan pelajaran di sekolah, tertinggal level pekerjaan, terisolasi secara sosial sampai kesepian.

Salah satu cara untuk mengatasi adalah deteksi dini dari anak-anak dan pemeriksaan berkala sesuai rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan atau dokter spesialis.

Pemeriksaan Gangguan Pendengaran Anak

Tes pendengaran untuk anak-anak harus secara rutin dilakukan pada usia 4, 5, 6, 8, dan 10 tahun, praremaja serta masa remaja. Sebab, gangguan pendengaran pada anak-anak dapat menyebabkan masalah dengan kemampuan berbicara, bahasa, belajar, dan sosial.

Adapun pemeriksaan gangguan pendengaran anak-anak, antara lain sebagai berikut.

Auditory Brainstem Response (ABR) atau Automated Auditory Brainstem Response (AABR)

ABR berfungsi untuk melihat bagaimana saraf pendengaran telinga dan otak merespons suara. Sehingga, penyedia layanan kesehatan mengetahui informasi tentang seberapa baik suara bergerak dari saraf pendengaran ke batang otak atau kemungkinan gangguan pendengaran.

Otoacoustic Emission (OAE)

Metode OAE berguna untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam atau koklea, bekerja. Caranya, dengan mengukur emisi otoacoustic atau OAE (suara yang sangat lembut ke luar dari telinga bagian dalam) saat merespons suara.

Baca Juga :   Benarkah Gangguan Pendengaran Memengaruhi Kesehatan Kognitif Lansia?

Pemeriksaan Gangguan Pendengaran Play Audiometry

Pemeriksaan ini untuk mengukur kemampuan dengar anak. Misalnya balita dan anak-anak pada rentang usia dua hingga lima tahun membedakan antara intensitas suara yang berbeda, mengenali nada atau membedakan ucapan dari latar belakang bising.

Baca Juga : Anak-anak Gangguan Pendengaran Butuh Auditory Verbal Therapy, Apa itu AVT?

Visual Reinforcement Audiometry (VRA)

Tes ini untuk menilai pendengaran anak-anak berusia enam bulan hingga sekitar dua hingga tiga tahun. Dengan VRA, audiolog dapat melatih anak-anak dalam merespons suara.

Tes Gangguan Pendengaran Tympanometry (Timpanometri)

Pemeriksaan ini untuk menunjukkan seberapa baik gendang telinga bergerak dan dapat membantu menemukan masalah telinga tengah, seperti cairan di belakang gendang telinga atau gendang telinga yang berlubang.

Middle Ear Muscle Reflex (MEMR) atau Refleks Otot Telinga Tengah

MEMR berguna memeriksa otot kecil di dalam telinga yang menegang ketika kita mendengar suara keras. Refleks ini membantu melindungi telinga dari suara keras, yang dapat merusak pendengaran.

Auditory Steady State Response (ASSR) 

Tes untuk lebih memahami tingkat gangguan pendengaran tiap frekuensi atau jenis suara. Tes ini yang lebih detail dibandingkan dengan Auditory Brainstem Response (ABR) atau Automated Auditory Brainstem Response (AABR).

Central Auditory Evoked Potential (CAEP)

Pemeriksaan ini memungkinkan audiolog melihat apakah jalur pendengaran dari batang otak ke bagian pendengaran otak (korteks pendengaran) berfungsi sebagaimana mestinya.

Pemeriksaan Gangguan Pendengaran Dewasa

Sementara itu, tes pedengaran pada orang dewasa berbeda dengan anak-anak. Berikut jenis-jenis pemeriksaan pendengaran untuk orang dewasa.

Audiometri Nada Murni (Pure-tone Audiometry)

Tes audiometri nada murni (pure-tone audiometry) merupakan pemeriksaan pendengaran untuk membantu menemukan suara paling tenang pada nada atau frekuensi yang berbeda. Selain itu, berguna untuk mengukur dan mengetahui ambang pendengaran pada frekuensi yang berbeda-beda. 

Baca Juga :   Apakah itu Otitis Media, Siapa yang Berisiko Terserang?

Pemeriksaan Gangguan Dengar Audiometri Tutur (Speech Audiometry)

Ini adalah tes pendengaran untuk mengetahui tingkat pendengaran seseorang dan kemampuan mengulangi kata-kata saat mendengarkan ucapan pada volume berbeda-beda. Pemeriksaan audiometri tutur terbagi menjadi dua, yaitu speech reception threshold (SRT) dan speech discrimination.

Audiometri Impedansi (Impedance Audiometry)

Pemeriksaan ini untuk mengukur perubahan dan fluktuasi gendang telinga (membran timpani) dan sistem saraf dalam menanggapi rangsangan. Dalam catatan Florida Otolaryngology Group, tes ini dapat menentukan adanya cairan telinga tengah, disfungsi tuba eustachius dan status tabung ventilasi setelah pemasangan pembedahan, serta masalah pada saraf antara telinga dan otak. Audiometri immitansi terdiri dari tiga prosedur, yaitu timpanometri, acoustic reflex test, dan tes peluruhan refleks.

Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

Tes respons batang otak auditori merupakan pemeriksaan untuk mengetahui bagaimana kerja telinga bagian dalam, khususnya koklea dan jalur otak. Pemeriksaan dengan metode ini dapat juga digunakan untuk anak-anak atau orang dewasa yang tidak dapat menyelesaikan pemeriksaan pendengaran biasa.

Tes kemampuan pendengaran Otoacoustic Emission (OAE)

Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam atau koklea, khususnya sel-sel rambut di dalamnya saat merespons suara. Saat seseorang memiliki pendengaran normal, maka akan menghasilkan OAE. Tapi sebaliknya, ketika terjadi gangguan pendengaran dengan ukuran lebih besar dari 25–30 desibel (dB), suara yang sangat lembut tersebut tidak akan dihasilkan.

Hearing in Noise Test (HINT)

Tes pendengaran dalam kebisingan merupakan pemeriksaan untuk mengukur kemampuan dengar orang dewasa memahami percakapan di tempat dengan latar belakang tenang dan bising. Catatan dari The Hearing Journal menyebut pengujian yang dikembangkan oleh House Ear Institute ini dinilai penting untuk memastikan keselamatan orang-orang dengan pekerjaan yang kritis terhadap pendengaran. 

Baca Juga :   Bukan Cuma Nyaman, Ini Cara Memilih Alat Bantu Dengar yang Paling Cocok

Periksa Gangguan Pendengaran di Kasoem Hearing Center

Salah satu penyedia layanan kesehatan yang menjadi solusi masalah pendengaran adalah Kasoem Hearing Center. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem menyediakan pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan untuk anak-anak, dewasa hingga orang tua lanjut usia.

Selain itu, Kasoem Hearing Center menyediakan alat bantu pendengaran (ABD), Bone-Anchored Hearing Aid (BAHA), cochlear implant untuk solusi berbagai masalah pendengaran. Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center akan memberikan solusi sesuai kebutuhan masalah pendengaran.

Rate this post