Hyperacusis adalah gangguan persepsi kenyaringan. Ini terjadi pada seseorang merasa tak nyaman mendengar suara, yang dianggap normal oleh orang lain. Dianggap juga sebagai penurunan toleransi suara, sebenarnya apa penyebab hyperacusis?

Penyebab Hyperacusis

Orang dengan pendengaran normal merasakan berbagai suara dengan berbagai tingkat kenyaringan. Sementara itu, hyperacusis mendengar suara normal itu dengan volume yang terlalu tinggi. Contohnya, mereka merasa tak nyaman saat mendengar suara seperti orang mengobrol, suara mesin mobil sedang berjalan sampai membalik halaman buku atau koran.

Apa yang menyebabkannya, masih dicari tahu oleh para peneliti. Namun, seperti dilansir dari Cleveland Clinic, ada beberapa teori kemungkinan penyebab hyperacusis.

Struktur di otak

Otak yang mengontrol cara merasakan rangsangan membuat suara terdengar lebih keras. Dengan hyperacusis, otak merasakan suara keras terlepas dari frekuensinya atau apakah suara tersebut termasuk dalam rentang rendah (seperti gemuruh guntur), jarak menengah (seperti ucapan manusia) atau rentang tinggi (seperti sirene atau peluit).

Kerusakan pada bagian saraf pendengaran

Saraf pendengaran ini membawa sinyal suara dari telinga bagian dalam ke otak, sehingga dapat mendengar. Kerusakan menyebabkan kenyaringan suara normal menjadi lebih tinggi dari biasanya.

Kerusakan pada saraf wajah

Saraf wajah mengontrol otot stapedius, yang mengatur intensitas suara di telinga. Banyak kondisi yang terkait dengan hiperakusis (Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, dan penyakit Lyme) melibatkan kerusakan saraf wajah.

Faktor yang Berkontribusi Menyebabkan Hyperacusis

Tidak ada penyebab tunggal yang menjelaskan semua kasus hyperacusis. Sebaliknya, ini terkait dengan beberapa kemungkinan faktor dan kondisi yang berkontribusi, antara lain sebagai berikut.

Paparan suara keras dalam jangka panjang

Hyperacusis lebih sering terjadi pada orang yang terpapar musik keras dalam waktu lama, seperti musisi rock, atau yang bekerja di lingkungan yang keras, seperti pekerja konstruksi

Paparan suara keras secara tiba-tiba

Beberapa orang dengan hyperacusis mengembangkannya setelah mendengar suara keras yang tiba-tiba, seperti tembakan atau kembang api

Kondisi penyerta hyperacusis

Hingga 86 persen orang yang menderita hyperacusis disertai kondisi seperti tinnitus. Sedangkan, sindrom Williams menyertai sebanyak 90 orang. Sementara itu, setengah orang dari mereka yang diagnosis hyperacusis memiliki kondisi kesehatan perilaku, seperti kecemasan.

Adapun kondisi yang terkait dengan hyperacusis meliputi:

  • kecemasan
  • autisme
  • Bell’s palsy
  • depresi
  • Down syndrom
  • infeksi telinga (otitis media)
  • cedera kepala
  • penyakit Lyme
  • penyakit Meniere
  • migrain
  • gangguan stres pasca-trauma (PTSD)
  • Ramsay Hunt syndrome
  • Dehiscence Kanal Superior syndrome (SCDS)
  • Sendi temporomandibular syndrome (TMJ)
  • tinnitus
  • Williams syndrome

Ciri-ciri Hyperacusis

Orang dengan hyperacusis mungkin mengalami ketidaknyamanan saat mendengar suara normal. Bahkan, suara bisa terasa sangat keras, menyakitkan sampai menakutkan. Kenyaringan tersebut, mungkin sedikit mengganggu. Sehingga, menyebabkan orang yang mengalaminya berjuang dengan keseimbangan atau mengalami kejang.

Gejala lain mungkin termasuk:

  • dering di telinga
  • sakit telinga
  • perasaan penuh atau tertekan di telinga (mirip dengan berada di pesawat terbang, sebelum telinga “meletus”)

Dampak

Gejala-gejala ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan kehidupan sosial. Pengalaman terus-menerus merasa kewalahan dengan suara yang intens dan tidak menyenangkan dapat menyebabkan:

  • kecemasan
  • depresi
  • masalah hubungan
  • isolasi dan penghindaran sosial

Jika butuh pemeriksaan pendengaran, datang ke fasilitas kesehatan yang terpercaya seperti Kasoem Hearing Center. Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center menyediakan pemeriksaan hingga solusi alat bantu pendengaran.

Pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan dilakukan oleh audilog profesional untuk bayi, anak-anak, dewasa hingga orang tua lanjut usia. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center juga menyediakan teknologi untuk gangguan pendengaran, meliputi alat bantu dengar (ABD), Bone Anchored Hearing Aid (BAHA) sampai cochlear implant (implan koklea).

Segera buat janji temu dengan menghubungi Kasoem Care melalui 08118179910, untuk mengatasi masalah pendengaran Anda.

Rate this post