Panji Surya Putra Sahetapy, putra ketiga penyanyi era 80 dan 90-an, Dewi Yull mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Disabilitas (Tuli) Pria Pertama yang Menyelesaikan Studi Magister di Mancanegara. Penyerahan secara simbolis diwakili oleh Dewi Yull pada akhir Mei 2023.

Surya Sahetapy mendapat penghargaan MURI seusai menyelesaikan studi magister di Rochester Institute of Technology (RIT), Rochester, Henrietta, New York, Amerika Serikat (AS). Tak hanya lulus, Surya yang diketahui tuli saat usia dua tahun pun memborong tiga penghargaan sekaligus.

Prestasi tersebut, yakni International Student Outstanding Service Award, The Outstanding Graduating Student Award In The Master’s Degree, dan NTID Graduate College Delegate.

Dewi Yull mengatakan penghargaan didedikasikan untuk semua guru yang dengan teguh berkomitmen pada pertumbuhan dan keberhasilan siswa Tuli dan Kesulitan Pendengaran. Ia berharap penghargaan yang diraih putra ketiganya ini menjadi bukti, keterbatasan bukan halangan bagi siapapun, termasuk ketika mengalami tuli.

“Ini membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang bagi seseorang yang memiliki semangat pantang menyerah dalam meraih mimpi dan cita-citanya yang setinggi langit,” ucapnya sesuai menerima penghargaan MURI seperti dikutip dari unggahan video Instagram @dewiyullofficial.

Gangguan Pendengaran dan Tuli

Bukan hanya Surya Sahetapy, mendiang putri pertama Dewi Yull juga tuli. Meski demikian, ia memberi pendidikan terbaik untuk putra dan putrinya. Jadi, keduanya tak tertinggal dari teman sebayanya yang memiliki pendengaran normal. Bahkan, membuktikan, seseorang yang tuli mendapat prestasi unggul.

Merujuk pada istilah, sebenarnya seperti apa sih tuli?

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan masalah pendengaran menjadi tiga kategori, yaitu gangguan pendengaran, kesulitan mendengar, dan tuli.

Hearing loss

Gangguan pendengaran atau hearing loss dideskripsikan seseorang yang tidak dapat mendengar sebaik seseorang dengan pendengaran normal, ambang pendengaran 20 dB atau lebih baik di kedua telinga. Gangguan pendengaran mungkin ringan, sedang, berat, atau berat. Ini dapat memengaruhi satu telinga atau kedua telinga dan menyebabkan kesulitan dalam mendengar percakapan atau suara keras.

Baca Juga :   Seperti Apa Gejala Menderita Gangguan Pendengaran Sensorineural?

Hard of hearing

Kesulitan mendengar atau hard of hearing mengacu pada orang dengan gangguan pendengaran mulai dari ringan hingga berat. Orang yang sulit mendengar biasanya berkomunikasi melalui bahasa lisan. Untuk memperkeras suara, bahkan mendapat pengalaman mendengar suara, mereka dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar, implan koklea, dan alat bantu lainnya serta teks.

Deaf

Orang ‘tuli’ atau deaf kebanyakan mengalami gangguan pendengaran yang berat. Ini berarti sangat sedikit atau tidak ada sama sekali pendengaran. Mereka sering menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Seperti dilansir dari Medineplus.gov, orang tuli dapat memasang implan koklea.

Sebab, memungkinkan menerima dan memproses suara dan ucapan. Karena, alat yang memungkinkan suara dan ucapan diproses dan dikirim ke otak. Hanya saja, implan koklea tidak dapat mengembalikan pendengaran normal.

Baca juga: Seperti Apa Gangguan Pendengaran Akibat Trauma Akustik?

Penyebab gangguan pendengaran dan tuli

Meskipun faktor-faktor ini dapat ditemui pada periode yang berbeda sepanjang rentang hidup, individu paling rentan terhadap pengaruhnya selama periode kritis dalam hidup.

Periode prenatal

  • faktor genetik termasuk gangguan pendengaran herediter dan non-herediter
  • infeksi intrauterin – seperti rubella dan infeksi sitomegalovirus

Periode perinatal

  • asfiksia lahir (kekurangan oksigen pada saat lahir
  • hiperbilirubinemia (ikterus parah pada periode neonatal)
  • berat badan lahir rendah
  • morbiditas perinatal lainnya dan penatalaksanaannya

Masa kecil dan remaja

  • infeksi telinga kronis (otitis media supuratif kronis)
  • pengumpulan cairan di telinga (otitis media nonsupuratif kronis)
  • meningitis dan infeksi lainnya

Usia dewasa dan lanjut usia

Faktor sepanjang rentang hidup

  • impaksi serumen (kotoran telinga yang terkena dampak)
  • trauma pada telinga atau kepala
  • suara keras/bunyi keras
  • obat ototoksik
  • bahan kimia ototoksik yang berhubungan dengan pekerjaan
  • kekurangan Gizi
  • infeksi virus dan kondisi telinga lainnya
  • keterlambatan onset atau gangguan pendengaran genetik progresif
Baca Juga :   Kacamata Dengan Alat Bantu Dengar yang Sangat Membantu

Apapun penyebabnya, seseorang bisa menghindari gangguan pendengaran melalui strategi kesehatan masyarakat dan intervensi klinis yang penerapannya sepanjang hidup. Pencegahan gangguan pendengaran sangat penting sepanjang perjalanan hidup, dari periode prenatal dan perinatal hingga usia yang lebih tua.

Jika sudah terlanjur, bicaralah dengan dokter terkait masalah pendengaran. Dokter akan memberi solusi, misalnya mengatur tes pendengaran atau pemakaian teknologi alat bantu dengar sampai cochlear imlpant.

Rate this post