Gangguan pendengaran terkait usia (presbikusis) merupakan penurunan pendengaran seiring penambahan usia. Terutama, bagi orang tua lanjut usia (lansia). Jika tidak mendapat perawatan, kondisi ini berdampak pada kemampuan fisik. Salah satunya, berisiko mengalami demensia. Lalu, apa hubungan gangguan pendengaran dengan demensia?

Gangguan Pendengaran

Menurut World Health Organization (WHO) seseorang dikatakan mengalami gangguan pendengaran jika tidak mampu mendengar seperti halnya seseorang yang pendengarannya normal (ambang pendengaran 20 dB atau lebih baik) pada kedua telinganya. Kondisi ini bisa ringan, sedang, cukup parah, berat atau mendalam dan memengaruhi satu atau kedua telinga.

Berdasarkan data WHO kondisi ini dialami sekitar 30 persen orang berusia 60 tahun. Penyebabnya adalah sebagai berikut.

Gangguan pendengaran karena perubahan di telinga

Perubahan di telinga bagian dalam, telinga tengah atau dari perubahan kompleks di sepanjang jalur saraf dari telinga ke otak. Abnormalitas ini mencakup berkurangnya fungsi membran timpani (gendang telinga) dan  fungsi tiga tulang kecil di telinga tengah yang membawa gelombang suara dari membran timpani ke telinga bagian dalam

Paparan kebisingan

Ini terjadi saat telinga terlalu sering mendengar suara keras yang berlangsung terlalu lama. Paparan tersebut muncul dari musik keras, senjata api, mobil salju, mesin pemotong rumput, dan lain-lain. Jika terjadi terus-menerus, suara yang terlalu keras atau terlalu lama ini dapat merusak sel-sel rambut sensorik di telinga.

Padahal, sel-sel rambut kecil tersebut berperan mengambil gelombang suara dan mengubahnya menjadi sinyal saraf yang ditafsirkan oleh otak sebagai suara. Ketika sel-sel rambut kecil rusak atau mati, mereka tidak dapat tumbuh kembali. Sehingga, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat permanen.

Kondisi medis

Kondisi medis yang umum terjadi pada orang tua, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis dengan tanda peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang seiring waktu menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf.

Baca Juga :   Tes Pendengaran untuk Balita yang Menderita Gangguan Pendengaran

Menurut Centers for Disease Control and Prevention ketika kadar gula darah tinggi, dapat merusak pembuluh darah kecil dan saraf di telinga bagian dalam. Selain itu, gula darah rendah dari waktu ke waktu dapat merusak cara sinyal saraf berjalan dari telinga bagian dalam ke otak. Kedua jenis kerusakan saraf ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Selain faktor tersebut, mengkonsumsi obat-obatan tertentu juga menyebabkan gangguan pendengaran. Sebab, ada beberapa obat yang ternyata beracun bagi sel-sel sensorik di telinga.

Dampak gangguan pendengaran

Jika gangguan pendengaran tak mendapatkan perawatan dapat menimbulkan berbagai masalah. UCLA Health mengungkapkan gangguan pendengaran dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengikuti atau berpartisipasi penuh dalam percakapan dan aktivitas dengan teman dan keluarg. Sehingga, dapat membuat mereka terisolasi secara sosial.

Hal ini juga mengganggu aspek penting kehidupan sehari-hari. Hal ini termasuk mendengarkan bel pintu atau alarm, merespons peringatan, berinteraksi dengan orang-orang saat berbelanja dan menjalankan tugas, serta memahami dokter dan apoteker saat mengelola perawatan medis.

Demensia

Demensia bukanlah suatu penyakit spesifik tetapi merupakan istilah umum untuk gangguan kemampuan mengingat, berpikir atau mengambil keputusan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gejala demensia akan bervariasi. Hanya saja, mereka akan bermasalah dengan:

  • kenangan, ingatan
  • perhatian
  • komunikasi
  • penalaran, penilaian, dan pemecahan masalah
  • persepsi visual melampaui perubahan penglihatan terkait usia yang khas

Sementara itu, tanda-tanda yang mungkin mengarah pada demensia meliputi:

  • tersesat di lingkungan yang familiar
  • menggunakan kata-kata yang tidak biasa untuk merujuk pada objek yang familiar
  • lupa nama anggota keluarga dekat atau teman
  • melupakan kenangan lama
  • tidak mampu menyelesaikan tugas secara mandiri
Baca Juga :   Goldenhar Syndrome Menyebabkan Gangguan Pendengaran Konduktif

Demensia memengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda. Ini tergantung pada penyebab yang mendasarinya, kondisi kesehatan, dan fungsi kognitif. Penyakit yang seiring waktu menghancurkan sel-sel saraf dan merusak otak ini biasanya menyebabkan:

  1. penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan memproses pikiran)
  2. meskipun kesadaran tidak terpengaruh, gangguan fungsi kognitif biasanya bersamaan dengan perubahan suasana hati, kendali emosi, perilaku atau motivasi

Korelasi Gangguan Pendengaran dengan Demensia

Para peneliti sedang bekerja keras untuk mengidentifikasi hubungan antara gangguan pendengaran dengan demensia. Namun, hasil penelitian dari Profesor Frank Lin dan rekan dari Johns Hopkins School of Medicine menunjukkan gangguan pendengaran terkait usia merupakan faktor yang meningkatkan risiko demensia.

  1. Orang dengan gejala ringan gangguan pendengaran dua kali lebih mungkin terkena demensia daripada penderita demensia dengan pendengaran yang sehat
  2. Sedangkan, orang dengan gangguan pendengaran parah lima kali lipat lebih mungkin mengembangkan demensia

Gangguan pendengaran hanyalah faktor risiko. Karena, gangguan pendengaran tanpa perawatan menimbulkan dampak isolasi sosial, perasaan kesepian dan depresi serta kehilangan kebebasan. Faktor-faktor inilah yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko demensia.

Dampak hubungan gangguan pendengaran dengan demensia

Tak hanya itu, gangguan pendengaran dapat menyebabkan beban tambahan pada sumber daya mental otak yang rentan. Misalnya, orang yang mengalami kesulitan mendengar bekerja lebih keras untuk memecahkan kode dan memprosesnya agar terdengar.

Beban tambahan ini mungkin berarti sumber daya yang ada lebih sedikit untuk memori, pemahaman ucapan, dan fungsi kognitif lainnya. Ini dapat menyebabkan perubahan di otak. Mungkin juga bahwa proses neurologis yang menyebabkan demensia adalah proses yang sama menyebabkan gangguan pendengaran terkait usia.

Ggangguan pendengaran dengan demensia ini ada dalam Dementia.org.au. Ini hasil penelitian dari Hearing Australia, termasuk pakar dari Australian Hearing, the National Acoustic Laboratories, the Australian Research Council Centre of Excellence in Cognition and its Disorders, the Macquarie Centre for Implementation in Hearing Research, the Macquarie Centre for Emotional Health and Macquarie University’s Faculty of Medical and Health Sciences.

Baca Juga :   Bayi Gangguan Pendengaran, Mulai Layanan Intervensi Sebelum Usia 6 Bulan

Hubungan gangguan pendengaran dengan demensia belum pasti

Perlu diingat, gangguan pendengaran hanya faktor risiko. Karena, tidak memiliki gangguan pendengaran bukan berati tak akan terkena demensia. Meski hubungan di antara gangguan pendengaran dengan demensia masih belum pasti, menurut UCLA Health, ketika penderita gangguan dengar menggunakan alat bantu dengar, prevalensi demensia berkurang sebesar 32 persen.

Sedangkan, terdapat hubungan yang jelas antara dampak buruk isolasi sosial dan kesepian. Bukti menunjukkan bahwa orang dewasa yang terisolasi secara sosial memiliki risiko lebih besar terkena penyakit fisik yang serius. Ini  memiliki tingkat rawat inap yang lebih tinggi ketimbang mereka yang memiliki jaringan sosial yang kuat.

Rate this post