Tunarungu atau kelainan pendengaran merupakan istilah untuk individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran, baik bersifat sementara maupun permanen. Jika terjadi pada orang dewasa, mungkin mereka dapat mengatakan kondisinya. Tapi, akan sulit menebak ketika terjadi pada bayi atau anak-anak. Maka dari itu, penting untuk mengetahui karakteristik tunarungu pada mereka.

Tunarungu

Reefani dalam Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengungkapkan tunarungu atau kelainan pendengaran adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran, baik permanen maupun tidak permanen.
World Health Organization (WHO) menggolongkan kelainan pendengaran menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

Gangguan pendengaran (hearing loss)

Seseorang yang tidak mampu mendengar sebaik seseorang dengan pendengaran normal, ambang pendengaran 20 desibel (dB) atau lebih baik pada kedua telinga. Gangguan pendengaran dapat bersifat ringan, sedang, berat atau berat. Kondisi ini memengaruhi satu telinga atau kedua telinga dan menyebabkan kesulitan dalam mendengar percakapan atau suara keras.

Sementara itu, The Individuals with Disabilities Education Improvement Act of 2004 (IDEA) mendefinisikan sebagai gangguan pendengaran baik permanen atau berfluktuasi, yang berdampak buruk pada kinerja pendidikan anak.

Sulit mendengar (hard hearing)

Ini mengacu pada orang-orang dengan gangguan pendengaran mulai dari ringan hingga berat. Orang yang mengalami gangguan pendengaran biasanya berkomunikasi melalui bahasa lisan dan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar, implan koklea, dan alat bantu lainnya serta teks.

Tuli (deaf)

Ketulian, menurut IDEA adalah gangguan pendengaran yang sangat parah sehingga anak mengalami gangguan dalam memproses informasi linguistik melalui pendengaran, dengan atau tanpa amplifikasi. Sedangkan, menurut WHO, kebanyakan orang ‘tuli’ mengalami gangguan pendengaran berat, yang berarti sangat sedikit atau bahkan tidak ada pendengaran sama sekali. Mereka sering menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi.

Karakteristik Tunarungu

Karakteristik tunarungu pada anak-anak tak seperti orang dewasa. Mungkin, mereka tidak dapat menunjukkan dengan baik karena tidak memahami apa yang mereka rasakan. Namun ada ciri-ciri yang bisa menjadi acuan orang tua atau pengasuh, bahkan guru untuk mengetahui apakah anak menjadi tunarungu.

Karakteristik tunarungu menurut Prmanarian Somad dan Tati Hernawati

Menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1995: 35-39), dalam Lumbung Pustaka UNY, yaitu sebagai berikut.

  1. Intelegensi, berkaitan dengan kemampuan menerima pelajaran verbal
  2. Segi bahasa dan bicara, tidak bisa mendengar bahasa, maka anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi
  3. Emosi dan sosial, karena tidak dapat mendengar seperti normal, mereka merasa terasing yang menimbulkan beberapa efek negatif, seperti egosentrisme yang melebihi anak normal

Karakteristik tunarungu di kelas

Sementara itu, dalam catatan Nemours Kids Health, ciri-ciri anak tunarungu adalah:

  • memiliki ucapan yang terbatas atau tidak jelas
  • tidak mengikuti arahan atau memperhatikan
  • hanya mendengar sebagian percakapan, meminta informasi untuk diulang
  • tidak bisa mendengar suara sehari-hari, seperti bel sekolah atau pengumuman pagi
  • masalah pembelajaran

Sedangkan, Kids Sense menggambarkan karakteristik anak tunarungu secara umum, yakni sebagai berikut.

  1. Sistem suara bicaranya tertunda dan anak tidak mengembangkan suara dengan tepat
  2. Infeksi telinga yang sering atau berulang
  3. Riwayat keluarga gangguan pendengaran
  4. Kesulitan menghadiri dan mendengarkan
  5. Keterampilan bahasa yang tertunda
  6. Berprestasi buruk di sekolah
  7. Kurangnya respons terhadap suara keras dan tiba-tiba
  8. Koordinasi yang buruk

Kesulitan umum yang sering dialami meski tidak sering

  1. Keterlambatan/gangguan bahasa
  2. Keterlambatan/gangguan bicara
  3. Pemrosesan sensorik
  4. Kesulitan perhatian dan mendengarkan
  5. Kesulitan perilaku
  6. Kesulitan motorik kasar akibat disfungsi telinga tengah mempengaruhi keseimbangan.
  7. Kesulitan dalam membaca dan mengeja.

Untuk lebih jelas apakah mereka mengalami kelainan pendengaran atau tidak, anak harus menjalani tes pendengaran sebelum masuk sekolah. Atau kapan pun ada kekhawatiran mengenai pendengaran mereka. Anak-anak yang tidak lulus pemeriksaan pendengaran perlu menjalani tes pendengaran lengkap sesegera mungkin.

Kasoem Hearing Center bisa menjadi pilihan untuk orang tua yang tengah mempertimbangkan tes pendengaran. Dengan pengalaman lebih dari 80 tahun dan satu-satunya yang tersertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center memberi pelayanan one stop solution for all hearing problem.

Layanan mulai dari pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan oleh audilog profesional serta teknologi untuk memaksimalkan pendengaran, meliputi hearing aid konvernsional, alat bantu dengar konduksi tulang atau bone-anchored hearing aid (BAHA) sampai cochlear implant (implan koklea).

Segera buat janji temu untuk kunjungan menghubungi Kasoem Care atau datang langsung ke cabang terdekat di kota Anda!

Rate this post