Mengapa tunarungu identik dengan tunawicara? Padahal, tunarungu adalah kelainan pendengaran. Sedangkan, tunawicara diartikan sebagai seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal. Untuk menemukan jawaban mengapa tunarungu identik dengan tunawicara, perlu pemahaman mengenai tunarungu maupun tunawira.

Tunarungu

Menurut Reefani (2013:17) dalam laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), tunarungu atau kelainan pendengaran adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.

Sementara itu, menurut Hallahan dan Kauffman dalam Wardani (2015) tunarungu (hearing impairment) ialah ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).

Sedangkan, Arifin (2015) mendefinisikan anak tunarungu adalah seorang anak yang mengalami kerusakan pada satu atau lebih pada organ telinga luar, organ telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam sehingga organ tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tunarungu merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketidakmampuan mendengar karena adanya kerusakan pada organ telinga.

Tunarungu masuk kategori cacat fisik atau cacat rungu. Ini adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara.

Tunawicara

Kelainan bicara atau tunawicara adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal. Sehingga, sulit bahkan orang lain tak mengerti perkataannya. Orang dengan tunawicara akan sulit, bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain ketika bicara.

Kelainan bicara ini terklasifikasi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

Gangguan Suara Organik

Tunawicara bersifat organik dapat terjadi karena tiga hal, yakni motorik/neurologis, kelainan struktural, dan gangguan sensorik/perseptual.

  • Gangguan motorik/neurologis, terkait dengan kondisi misalnya, childhood apraxia of speech (CAS) dan dysarthria
  • Sementara itu, tunawicara berdasarkan kelainan struktural, misalnya, bibir/langit-langit sumbing dan defisit atau anomali struktural lainnya
  • Gangguan sensorik/perseptual, misalnya gangguan pendengaran

Klasifikasi tunawicara bersifat fungsional

Sementara itu, gangguan bunyi ujaran fungsional termasuk yang terkait dengan produksi motorik bunyi ujaran dan yang terkait dengan aspek linguistik dari produksi ujaran.

  • Gangguan artikulasi fokus pada kesalahan
  • Sedangkan, gangguan fonologis adalah salah satu jenis gangguan bunyi ujaran

Mengapa Tunarungu Identik dengan Tunawicara?

Mengapa tunarungu identik dengan tunawicara? Sebab, ketika mengalami hambatan dalam pendengaran, tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara atau tunawicara.

Adapun karakteristik anak tunarungu dalam segi bahasa dan bicara, menurut Atmaja (2018), yaitu sebagai berikut.

  1. Miskin kosakata
  2. Mengalami kesulitaan dalam mengerti ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan dan kata-kata abstrak
  3. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa
  4. Sulit memahami kalimat-kalimat kompleks atau kalimat-kalimat yang panjang serta bentuk kiasan

Sementara itu, gangguan pendengaran adalah salah satu penyebab kelainan bicara atau tunawicara. Dalam catatan Cincinnati Children’s Hospital, gangguan pendengaran dapat memengaruhi perkembangan kemampuan bicara dan bahasa anak. Ketika, seorang anak mengalami kesulitan mendengar, area otak yang untuk komunikasi mungkin tidak berkembang dengan baik. Ini membuat pemahaman dan berbicara menjadi sangat sulit.

Jika kelainan bicara penyebabnya gangguan sensorik atau perseptual karena gangguan pendengaran, anak dengan kondisi tersebut membutuhkan teknologi pendengaran. Hanya, perlu diketahui terlebih dahulu gangguan pendengaran apa yang menyerang mereka dan berapa jumlah pendengaran yang masih mereka miliki (pendengaran sisa).

Seperti dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) teknologi tidak “menyembuhkan” gangguan pendengaran. Tapi, dapat membantu anak yang mengalami gangguan pendengaran memanfaatkan sisa pendengarannya secara maksimal.

Bagi para orang tua yang memilih anaknya menggunakan teknologi, pilihannya adalah:

  • alat bantu dengar (hearing aid)
  • implan koklea (cochlear implant)
  • alat bantu dengar yang menempel pada tulang atau alat bantu dengar konduksi tulang
Rate this post