Berbagai cedera dalam tubuh dapat berdampak pada gangguan pendengaran. Salah satu yang turut menyumbang terjadinya gangguan dengar pada seseorang adalah fraktur tulang temporal. Apa itu fraktur tulang temporal? Bagaimana bisa menyebabkan gangguan pendengaran?
Tulang Temporal
Tulang temporal adalah salah satu dari banyak tulang yang membentuk tengkorak. Ia mengelilingi dan melindungi saluran telinga, gendang telinga, telinga tengah, dan telinga bagian dalam.
Dalam beberapa kasus, tulang ini bisa retak, patah. Hal tersebut, terjadi karena pukulan menghantam kepala. Fraktur tulang temporal berpotensi menyebabkan komplikasi termasuk gangguan pendengaran, pusing, kelumpuhan wajah, atau bocornya cairan serebrospinal (CSF).
Dampak Fraktur Tulang Temporal
Gangguan pendengaran
Seperti dilansir dari Stanford Health Care fraktur tulang temporal ini berdampak pada gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran ini terjadi akibat penumpukan darah di belakang gendang telinga, dari pecahnya gendang telinga, dari dislokasi tulang pendengaran telinga tengah, atau dari patah tulang melalui telinga bagian dalam.
Gangguan pendengaran yang terjadi ada dua, yaitu sebagai berikut.
- Gangguan pendengaran konduktif adalah penurunan pendengaran, bahkan kehilangan pendengaran karena suara yang dikirim dari telinga bagian luar tak dapat masuk ke bagian dalam. Ini terjadi akibat penumpukan darah di belakang gendang telinga, pecahnya gendang telinga atau dislokasi tulang pendengaran telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif adalah
- Gangguan pendengaran sensorineural adalah kondisi ketika gelombang suara tak dapat diproses sel-sel rambut kecil di koklea dan dikirim ke otak sebagai sinyal suara. Penyebabnya karena fraktur melalui telinga bagian dalam.
Kelumpuhan wajah (facial paralysis)
Kelumpuhan wajah atau kerusakan saraf ini membuat tidak bisa menggerakkan wajah. Padahal, saraf wajah memungkinkan seseorang menggerakkan otot wajah, mengalir melalui tulang temporal.
Ketika saraf wajah terpotong atau bengkak karena cedera kepala. Jika, kelumpuhan wajah ditangani segera, seusai patah tulang temporal, pembedahan dinilai dapat membantu memperbaiki saraf yang terpotong.
Namun, ketika penanganan kelumpuhan wajah tidak dilakukan segera (berjam-jam atau berhari-hari setelah cedera), maka seringkali saraf bengkak dan tidak terpotong sepenuhnya.
Baca Juga : Sebabkan Gangguan Pendengaran, Apa itu Stenosis Saluran Telinga?
Kebocoran Cairan Serebrospinal
Selain itu, patah tulang temporal dapat menyebabkan bocornya cairan serebrospinal (cairan bening tipis yang mengelilingi otak). Cairan serebrospinal dapat menetes dari telinga atau keluar dari hidung setelah cedera. Jika tidak ditangani, kebocoran cairan serebrospinal dapat menyebabkan infeksi berbahaya, seperti meningitis.
Hanya saja, kebocoran cairan ini kebanyakan sembuh dengan sendirinya. Beberapa pasien memerlukan lumbar drain, yaitu tabung yang mendekompresi CSF melalui punggung. Lebih jarang, pasien mungkin memerlukan pembedahan untuk memperbaiki kebocoran CSF.
Diagnosis
Pemeriksaan fraktur temporal secara pasti melalui pencitraan, yaitu CT scan kepala. Sementara itu, untuk mengecek gangguan pendengaran, seseorang yang mengalaminya harus menemui spesialis THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) atau otolaryngologist.
Mereka dapat membuat diagnosis khusus untuk penderita gangguan pendengaran, berbicara tentang pilihan pengobatan, termasuk prosedur pembedahan atau pemakaian alat bantu dengar.
Baca juga: Mengapa Memakai Alat Bantu Dengar, Ini Alasannya
Salah satu tempat untuk melakukan pemeriksaan pendengaran adalah Kasoem Hearing Center. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing akan melayani hingga memberi solusi untuk gangguan pendengaran.
Tak hanya itu, Kasoem Hearing Center juga menyediakan alat bantu pendengaran (ABD), Bone-Anchored Hearing Aid (BAHA) atau alat bantu dengar. Dengan tagline “One Stop Solution for All Hearing Problem” Kasoem Hearing Center, Kasoem Hearing Center juga melayani pemeriksaan lengkap bagi bayi, anak-anak hingga orang tua lanjut usia (lansia).