Telinga dapat mengalami kelainan seperti bagian tubuh lain. Salah satunya adalah microtia and atresia. Kelainan pada telinga bagian luar tersebut termasuk langka. Seperti apakah microtia and atresia. Apakah berdampak pada pendengaran?

Microtia and Atresia

Microtia and atresia merupakan kelainan bentuk telinga bagian luar. Keduanya memang saling berhubungan, tapi kondisinya berbeda, yaitu sebagai berikut.

Microtia

Microtia merupakan istilah untuk menggambarkan ukuran daun telinga (pinna) lebih kecil dari ukuran normal. Berdasarkan Ausie Deaf Kids, kondisi telinga anak bisa merupakan perubahan yang sangat kecil atau tergolong ringan, seperti telinga yang lebih kecil dari ukuran normal. Bisa juga, parah ‘mikrotia klasik’, ketika tak terbentuk daun telinga dan tidak adanya meatus auditorius eksternal (liang telinga).

Atresia

Dikenal dengan atresia aural, ini merupakan kelainan yang terjadi saat bayi lahir tak memiliki saluran telinga atau saluran telinganya tidak terbentuk secara normal. Keadaan ini bisa disertai dengan kelainan bentuk telinga bagian luar (microtia), gendang telinga tak terbentuk, dan masalah dengan tulang telinga tengah (ossicles). Karena salurannya tidak terbentuk dengan baik atau tidak terbentuk sama sekali, maka tidak ada pembukaan pada telinga.

Penyebab Microtia and Atresia

Penyebab pasti mikrotia tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar merupakan kondisi genetik. Seperti dilansir dari Texas Children’s, beberapa anak dengan microtia and atresia mengalami kelainan genetik, seperti sindrom Treacher Collins atau Nager.

Selain itu, orang tua yang memiliki anak dengan mikrotia memiliki risiko lebih tinggi sebesar 1 dari 20 untuk memiliki anak dengan mikrotia di masa mendatang. Risiko anak dengan mikrotia pada akhirnya memiliki anak dengan mikrotia juga sebesar 1 dari 20.

Apakah microtia and atresia menyebabkan gangguan pendengaran?

Untuk menentukan apakah microtia and atresia menyebabkan gangguan pendengaran perlu mengetahui tingkat keparahan terlebih dahulu. Microtia sendiri memiliki level yang terbagi menjadi empat derajat seperti berikut.

  1. Derajat I: Kondisi ini menyebabkan telinga berukuran agak kecil dengan struktur yang masih dapat dikenali. Liang telinga kecil namun ada. Mikrotia derajat I biasanya tidak dikaitkan dengan ketulian.
  2. Derajat II: Daun telinga sebagian dengan liang telinga tertutup. Mikrotia derajat II menyebabkan gangguan pendengaran konduktif.
  3. Derajat III: Daun telinga, liang telinga, dan gendang telinga hilang. Mungkin ada lobus kecil berbentuk kacang di dekat tempat daun telinga seharusnya berada. Mikrotia derajat III menyebabkan tuli konduktif.
  4. Tingkat IV: Mungkin dikenal sebagai anotia dan berarti ‘tidak ada telinga’. Artinya, telinga luar tidak terbentuk sama sekali. Kemungkinan, kondisi ini disertai dengan tidak adanya liang telinga.

Untuk microtia, tergantung tingkat keparahan. Jika bagian telinga luar masih utuh namun lebih kecil dari normal (derajat I) beberapa tidak dikaitkan dengan gangguan pendengaran. Sedangkan, tingkat II hingga IV kemungkinan mengalami gangguan pendengaran kondukif. Sebab, bberapa kasus telinga tidak dapat mengalir ke bagian tengah. Sehingga, penderita kesulitan untuk mendengar.

Sementara itu, pasien dengan mikrotia yang juga mungkin mengalami atresia, sekitar 90 persen mengalami gangguan pendengaran konduktif. Karena, suara sulit masuk ke dalam dan kalau pun ada suara sangat teredam. Beberapa anak juga mengalami gangguan pendengaran sensorineural,. Ini terjadi ketika struktur telinga bagian dalam terlalu sempit.

Penanganan

Mikrotia dan atresia liang telinga merupakan kondisi yang jarang terjadi. Penanganan untuk microtia and atresia mencakup pemeriksaan diagnostik terkini, teknologi alat bantu dengar seperti alat bantu dengar konduksi tulang atau bone anchored hearing aid (BAHA) dan intervensi bedah. Ini jika pendengaran terpengaruh.

Sementara itu, untuk memperbaiki penampilan dan pendengaran bisa menjalani operasi berupa:

  • rekonstruksi autogenous (Rekonstruksi Cangkok Tulang Rusuk atau Rib Graft Reconstruction)
  • rekonstruksi menggunakan kerangka buatan (Rekonstruksi Medpor atau Medpor Reconstruction)
    telinga palsu

Tanya di Kasoem Hearing Center!

Mencari solusi alat bantu dengar untuk microtia and atresia? Konsultasi kepada tim Kasoem Hearing Center. Di sana, tersedia informasi mengenai perangkat sampai penggunaannya. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center akan memberikan solusi sesuai kebutuhan masalah pendengaran.

Ini termasuk teknologi pendengaran lain seperti alat bantu dengar dan alat bantu dengar hantaran tulang atau Bone-Anchored hearing aid (BAHA) serta cochlear implant (implan koklea). Namun, teknologi pendengaran saja tak cukup. Sehingga, Kasoem Hearing Center menyediakan program rehabilitasi berupa Auditory Verbal therapy (AVT). Ini bermanfat menunjang kebutuhan komunikasi anak sejak usia dini.

Fokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center juga memberikan solusi pemeriksaan pendengaran mulai dari bayi, dewasa hingga orang tua lanjut usia (lansia). Jadi, jangan ragu segera kunjungi Kasoem Hearing Center di cabang-cabang terdekat kota Anda!

Rate this post