Gangguan pendengaran merupakan penurunan atau kehilangan pendengaran akibat kerusakan telinga bagian luar, tengah, dalam atau syaraf pendengaran. Kondisi tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti trauma akustik. Bagaimana proses gangguan pendengaran akibat trauma akustik?
Trauma Akustik Memengaruhi Pendengaran
Pada umumnya otak memproses suara melalui efek “domino”, yakni suara berjalan di sepanjang jalur telinga dari udara ke dalam otak. Dalam sistem kerja normal, suara pertama kali dikumpulkan oleh pinna, yaitu bagian tulang rawan telinga yang terlihat di bagian luar.
Gelombang suara kemudian berjalan melalui saluran telinga ke gendang telinga dan menyebabkannya bergetar. Getaran dikirim ke tiga tulang kecil yang disebut Ossicles di dalam telinga, yaitu maleus, inkus dan stapes.
Tulang kecil ini mengirimkan getaran ke koklea, yang merupakan kantung cairan berbentuk siput. Getaran menyebabkan sel-sel rambut kecil di koklea menekuk. Sel-sel rambut kecil ini melekat pada saraf dan ketika ditekuk, itu menghasilkan sinyal listrik yang dibawa ke otak. Otak mengenali sinyal-sinyal ini sebagai suara.
Gangguan Pendengaran akibat Trauma Akustik

Dalam catatan Oklahoma Otolaryngology, trauma akustik menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau permanen. Karena kerusakan gendang telinga, maka terjadi gangguan pendengaran konduktif.
Trauma akustik permanen
Ketika getaran yang dikirim ke telinga bagian dalam terlalu kuat (suara keras) dapat merusak gendang telinga, tulang pendengaran atau koklea. Jika trauma akustik berlanjut, seperti suara mesin yang keras di lingkungan tempat kerja, biasanya akan menyebabkan gangguan pendengaran dalam frekuensi yang relatif sempit sekitar 4 kHz.
Dengan demikian, orang dengan trauma akustik tidak akan dapat mendengar dalam rentang nada frekuensi tinggi tertentu. Pada situasi normal, tersebut mungkin tak memengaruhi kondisinya. Hanya saja, penderita akan merasa mengalami masalah saat mendengar di lingkungan yang lebih bising.
Baca Juga : Trauma Akustik, Cedera Telinga Dalam karena Suara Sangat Keras
Gangguan pendengaran konduktif
Ini penurunan pendengaran, bahkan kehilangan pendengaran karena suara yang dikirim dari telinga bagian luar tak dapat masuk ke bagian dalam. Gejala gangguan pendengaran konduktif bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan.
Adapun gejalanya termasuk atau terkait dengan hal sebagai berikut.
- Pendengaran teredam
- Kehilangan pendengaran yang tiba-tiba atau menetap
- Sensasi penuh atau “pengap” di telinga
- Pusing
- Pengeringan telinga
- Nyeri atau nyeri di telinga
Bagaimana cara mengobati gangguan pendengaran aibat trauma akustik?
Jika mengalami trauma akustik menyebabkan gangguan pendengaran, seseorang perlu melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke penyedia kesehatan. Sebab, beberapa obat dapat membalikkan gangguan pendengaran dalam beberapa hari pertama. Namun, setelah menunggu, kondisinya mungkin tidak dapat diubah.
Untuk mencegah kehilangan pendengaran lebih lanjut, orang dengan trauma akustik mungkin memerlukan pembedahan. Opsi lain adalah menggunakan alat bantu dengar atau perawatan lain.
Baca juga: Cara Kerja Alat Bantu Dengar, Sudah Tahu?
Informasi terkait alat bantu dengar atau perawatan gangguan pendengaran dapat ditemukan di Kasoem Hearing Center. Satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015 ini menyediakan pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan untuk anak-anak, dewasa hingga orang tua lanjut usia oleh Audilog.
Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center akan memberikan solusi sesuai kebutuhan masalah pendengaran, menyediakan alat bantu dengar, Bone Anchored hearing aid (BAHA), dan implan koklea (cochlear implant).
Tidak berhenti di situ saja, Kasoem Hearing Center juga menyediakan layanan Auditory Verbal therapy bagi pasien anak. Sementara untuk dewasa, tersedia layanan auditory training. Hubungi Kasoem Care untuk mengetahui jadwal pemeriksaan pendengaran, perawatan oleh profesional serta konsultasi teknologi pendengaran untuk Anda.






