Gangguan pendengaran tidak dapat diagnosis sembarangan. Perlu pemeriksaan untuk mengetahui berapa tingkat gangguan pendengaran atau ambang batas pendengaran. Salah satu tes pendengaran yang digunakan adalah auditory steady-state response atau ASSR. Seperti apa itu?
Tes Pendengaran
Pemeriksaan pendengaran merupakan tes untuk mengukur seberapa baik kemampuan mendengar. Tes ini dapat membantu mendiagnosis gangguan pendengaran, seberapa parahnya, dan bagian pendengaran mana yang tidak berfungsi dengan baik.
Dalam catatan Medline Plus, ada tiga jenis utama gangguan pendengaran, yaitu sebagai berikut.
- Gangguan pendengaran konduktif terjadi saat gelombang suara tidak dapat mencapai telinga bagian dalam. Kotoran telinga atau cairan abnormal di telinga dapat menghalangi jalur tersebut atau lubang di gendang telinga dapat mencegahnya bergetar.
- Gangguan pendengaran sensorineural yang juga disebut tuli saraf terjadi ketika ada kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf pendengaran. Jenis gangguan pendengaran ini berkisar dari ringan seperti kesulitan mendengar suara tertentu hingga sangat parah atau tidak mendengar suara apa pun. Gangguan pendengaran ini biasanya permanen.
- Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif.
Kenapa perlu tes pendengaran?
Tes pendengaran diperlukan jika memiliki tanda-tanda gangguan pendengaran, seperti berikut.
- Kesulitan mendengar melalui telepon
- Kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain, terutama di lingkungan yang bising
- Perlu menaikkan volume TV sekeras-kerasnya hingga orang lain mengeluh
- Berpikir bahwa orang lain selalu bergumam
- Kesulitan mendengar suara dan nada tinggi
- Mendengar suara berdenging atau suara tidak biasa lainnya di telinga (tinnitus)
- Jika tempat kerja bising, mungkin perlu memeriksakan pendengaran setiap tahun
Auditory Steady-State Response
Ada berbagai metode tes pendengaran, salah satu yang objektif adalah auditory steady-state response (ASSR) atau respons kondisi stabil pendengaran. Ini merupakan tes respons elektrofisiologis yang ditimbulkan oleh stimulus pendengaran yang berulang secara berkala (cepat).
Dalam catatan Interacoustic, auditory steady-state response biasanya menggunakan stimulus frekuensi tertentu (0,5, 1, 2, 4 kHz) dengan tujuan membuat audiogram perkiraan. Dengan kata lain, ini adalah tes yang digunakan untuk melakukan penilaian ambang batas.
Tidak seperti respons batang otak auditori (ABR) yang melihat amplitudo dan latensi respons dalam domain waktu, ASSR melihat amplitudo dan fase dalam domain frekuensi. Respons dideteksi menggunakan algoritma deteksi matematika berbasis statistik untuk menentukan apakah respons ada atau tidak.
Perbedaan lainnya adalah meskipun hanya mungkin untuk menguji satu frekuensi per telinga pada satu waktu dalam ambang batas frekuensi spesifik ABR, ASSR memungkinkan pengujian binaural, yakni empat frekuensi di setiap telinga pada saat yang sama (delapan presentasi simultan).
Untuk mengubah respons auditory steady-state response yang terdeteksi dalam nHL menjadi eHL (estimated Hearing Levels), faktor koreksi biasanya diterapkan pada setiap respons untuk mendapatkan audiogram akhir. Perhatikan bahwa ambang batas estimasi tidak boleh melebihi 0 dB eHL.
Mengapa perlu auditory steady-state response?
Teknologi ASSR sepenuhnya objektif dan berdasarkan probabilitas statistik, bukan penilaian subjektif terhadap bentuk gelombang respons. Aplikasi audiologis ASSR yang paling penting adalah memberikan perkiraan audiogram nada murni yang digunakan untuk tujuan rehabilitasi.
Apapun tes pendengaran ini akan menentukan langkah untuk penanganan gangguan pendengaran ke depan. Karena, diagnosis bisa menentukan perawatan yang cocok ketika gangguan pendengaran. Misalnya gangguan pendengaran konduktif yang parah atau gangguan pendengaran sensorineural yang perlu alat bantu dengar atau cochlear implant.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai auditory steady-state response?
Silakan konsultasi dengan dokter spesialis atau hearing center untuk mengetahui diagnosis yang tepat untuk masalah tersebut. Salah satu rekomendasi hearing center adalah Kasoem Hearing Center. Di sana, tersedia informasi mengenai tes pendengaran, teknologi pendengaran sampai rehabilitasi pendengaran.
Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center akan memberikan solusi sesuai kebutuhan masalah pendengaran. Ini termasuk teknologi pendengaran lain seperti alat bantu dengar dan alat bantu dengar hantaran tulang atau Bone-Anchored hearing aid (BAHA).
Namun, teknologi pendengaran saja tak cukup. Sehingga, Kasoem Hearing Center menyediakan program rehabilitasi berupa Auditory Verbal therapy (AVT). Ini bermanfat menunjang kebutuhan komunikasi anak sejak usia dini.
Fokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center juga memberikan solusi pemeriksaan pendengaran mulai dari bayi, dewasa hingga orang tua lanjut usia (lansia). Jadi, jangan ragu segera kunjungi Kasoem Hearing Center di cabang-cabang terdekat kota Anda!