Seseorang yang tidak mampu mendengar sebaik seseorang dengan pendengaran normal pada ambang pendengaran 20 dB atau lebih baik pada kedua telinga, dikatakan mengalami gangguan pendengaran. Kondisi ini dapat terjadi pada satu atau kedua telinga sekaligus. Salah satu bentuknya adalah gangguan pendengaran frekuensi rendah. Apa itu?

Gangguan Pendengaran Frekuensi Rendah

Gangguan pendengaran frekuensi rendah adalah gangguan pendengaran ketika tidak dapat mendengar suara pada frekuensi rendah. Dalam catatan hear-it.org, rentang frekuensi itu adalah 2.000 Hz atau lebih rendah dari suara tersebut.

Frekuensi ini juga disebut suara yang lebih dalam atau bernada rendah dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Misalnya, mencakup nada bass yang dalam, dentuman drum, dan gemuruh mesin.

Termasuk jenis apakah gangguan dengar frekuensi rendah?

Gangguan dengar frekuensi rendah merupakan gangguan pendengaran sensorineural. Itu terjadi ketika ada kerusakan atau masalah pada sel-sel rambut pada koklea (ruangan berisi cairan di telinga bagian dalam) yang menerima suara dan mengubahnya menjadi sinyal yang dikirim ke otak melalui saraf pendengaran. Namun, bisa juga terjadi dalam bentuk gangguan dengar konduktif.

Penyebab

Ada berbagai macam penyebab gangguan pendengaran frekuensi rendah, di antaranya faktor usia, genetik, paparan suara keras dalam jangka lama, dan kondisi medis tertentu.

Usia

Seiring bertambahnya usia, manusia mengalami kemunduran alami pada sistem pendengaran. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan bertahap dalam kemampuan untuk merasakan suara berfrekuensi rendah.

Genetik

Dalam catatan Hidden Hearing, salah satu mutasi sindrom Wolfram menyebabkan gangguan frekuensi rendah. Sindrom Wolfram adalah suatu kondisi bawaan yang biasanya dikaitkan dengan diabetes melitus yang bergantung pada insulin dan atrofi optik progresif yang terjadi pada masa kanak-kanak.

Baca Juga :   Penyakit Meniere, Gangguan Telinga Bagian Dalam

Menurut NORD, sebagian besar kasus sindrom Wolfram disebabkan oleh perubahan (mutasi) pada gen WFS-1. Mutasi yang tidak terlalu parah pada gen WFS-1 menyebabkan gangguan terkait WFS1, yang mana orang yang terkena hanya memiliki beberapa ciri sindrom Wolfram, seperti gangguan pendengaran sensorineural tanpa diabetes atau ciri lainnya.

Paparan suara dalam jangka lama

Paparan suara berfrekuensi rendah berintensitas tinggi dalam waktu lama, seperti suara mesin atau musik keras juga menjadi penyebabnya. Karena, paparan tersebut dapat merusak struktur halus telinga bagian dalam yang bertanggung jawab untuk memproses frekuensi ini.

Kondisi medis

Penyakit Meniere adalah penyumbang gangguan dengar frekuensi rendah. Kondisi vestibular progresif jangka panjang ini memengaruhi keseimbangan dan pendengaran bagian telinga bagian dalam. Dalam catatan Menieres.org.uk, penyakit ini menyebabkan kerusakan pada reseptor sel rambut di telinga bagian dalam.

Sel-sel rambut yang rusak ini secara spontan menyala dan mengirimkan sinyal-sinyal yang tidak teratur ke saraf pendengaran ke otak. Sel-sel rambut yang berhubungan dengan suara berfrekuensi rendah adalah yang pertama rusak.

Selain itu, otosklerosis (pengerasan tulang di telinga) serta obat-obatan tertentu yang diketahui memiliki efek ototoksik juga berdampak pada gangguan pendengaran frekuensi rendah.

Gejala Gangguan Pendengaran Frekuensi Rendah

Gangguan pendengaran frekuensi rendah dinilai sulit untuk teridentifikasi. Sebab, penderitanya seringkali masih mampu memahami pembicaraan normal dan mengambil bagian dalam percakapan.

Tapi, ada gejala utama yang menandakan mereka menderita gangguan dengar jenis ini, dalam catatan hearingaid.org.uk, yaitu sebagai berikut.

Sering kali mengalami kesulitan mendengar dan memahami suara bernada rendah dan lebih dalam, termasuk suara jenis kelamin tertentu seperti suara pria

Mungkin mengalami penurunan kemampuan mendeteksi getaran atau merasakan suara bass dalam musik

Baca Juga :   Masalah Telinga Dalam Bisa Bikin Gangguan Keseimbangan, Bagaimana Bisa?

Selain itu, persepsi ucapan di lingkungan yang bising mungkin menjadi tantangan, karena suara berfrekuensi rendah sering kali berkontribusi terhadap kebisingan latar belakang

Sementara itu, gejala umum lainnya termasuk perasaan suara teredam atau terdistorsi, kesulitan menemukan suara, dan peningkatan ketergantungan pada isyarat visual untuk berkomunikasi.

Gejala-gejala tersebut memang perlu jadi perhatian. Tapi, langkah terbaik adalah melakukan pemeriksaan terhadap profesional. Salah satu yang bisa menjadi rujukan adalah Kasoem Hearing Center.

Satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015 ini akan memberikan solusi sesuai kebutuhan masalah pendengaran. Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, sebelum diagnosis Kasoem Hearing Center melakukan pemeriksaan pendengaran lengkap oleh audiolog profesional.

Tes pendengaran ini berlaku bagi anak-anak, dewasa serta orang tua lanjut usia (lansia). Selain itu, Kasoem Hearing Center menyediakan alat bantu pendengaran (ABD), alat bantu pendengaran hantaran tulang atau Bone-Anchored Hearing Aid (BAHA), cochlear implant untuk solusi berbagai masalah pendengaran.

Rate this post