Tak semua bayi memiliki pendengaran normal. Mereka tak dapat terlepas dari berbagai risiko kelainan, seperti gangguan pendengaran. Sehingga, penting bagi orang tua melakukan skrining pendengaran. Hal tersebut untuk mencegah risiko masalah pendengaran di masa yang akan datang. Sebab, hasil dari tes pendengaran tersebut dapat menjadi rujukan orang tua untuk memeriksa pendengaran bayi ke depannya.

Bayi Memiliki Pendengaran Normal

Bayi memiliki pendengaran normal, seperti dilansir dari audiology.org, akan mengalami kemajuan dalam berbicara maupun mendengar di masa depan. Mereka akan menunjukkan ekspresi ketika pendengarannya normal. Adapun tonggak perkembangan pendengaran bayi terukur dari usia dua hingga 12 bulan.

Bayi usia dua bulan

  • Bayi kaget dengan suara keras
  • Mengenali suara yang tenang hingga familiar
  • Dapat membuat suara vokal seperti “ohh”

Pada usia empat bulan

  • Mencari sumber suara
  • Mulai mengoceh
  • Membuat suara jeritan dan tawa

Bayi ketika usia enam bulan

  • Memutar kepala ke arah suara keras
  • Dapat mulai meniru suara ucapan
  • Suara mengoceh seperti “ba-ba”

Sekitar usia sembilan bulan

  • Meniru suara ucapan orang lain
  • Memahami kata “tidak” atau “sampai jumpa”
  • Memutar kepala ke arah suara lembut

Pada usia 12 bulan

  • Menggunakan kata “ma-ma” atau “da-da” dengan benar
  • Memberikan mainan saat diminta
  • Menanggapi nyanyian atau musik

Tanda-tanda pendengaran bayi tak normal

Sama dengan bayi yang pendengarannya berfungsi dengan baik, mereka yang mengalami gangguan pendengaran juga menunjukkan beberapa gejala. Misalnya, tidak terkejut ketika ada suara keras pada usia satu bulan atau tiga sampai empat bulan. Kemudian, tidak memperhatikan suara panggilan dari ayah atau ibunya kecuali mereka melihatnya.

Tanda-tanda lain berupa:

  • Terlambat berbicara, sulit mengerti atau tidak mengucapkan sepatah kata pun pada usia 12 hingga 15 bulan
  • Tidak selalu merespon saat dipanggil, terutama saat ia berada di ruangan lain
  • Tampaknya mendengar beberapa saja
  • Mengalami kesulitan memegang kepalanya dengan stabil atau memiliki keterlambatan duduk atau berjalan tanpa penyangga. (Pada beberapa anak dengan gangguan pendengaran sensorineural, bagian telinga bagian dalam yang memberikan informasi tentang keseimbangan dan gerakan kepala juga rusak)
  • Ingin menggunakan volume TV lebih keras daripada anggota keluarga lainnya
Baca Juga :   Kenali Gangguan Pendengaran Sensorineural, Masalah Telinga Bagian Dalam dan Saraf

Risiko

Seiring pertumbuhan bayi dapat kehilangan pendengaran karena penyakit, obat-obatan atau alasan genetik secara tiba-tiba atau bertahap. Maka dari itu, penting bagi orang tua memperhatikan risiko gangguan pendengaran tiba-tiba pada bayi, yaitu sebagai berikut. 

  1. Orang tua atau pengasuh lain memiliki masalah pendengaran
  2. Ada riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak
  3. Pernah menjalani perawatan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) lebih dari lima hari
  4. Memiliki riwayat penyakit kuning yang membutuhkan transfusi darah
  5. Pernah atau sedang menjalani kemoterapi atau telah diobati dengan antibiotik intravena yang beracun bagi organ pendengaran dan/atau keseimbangan
  6. Menderita asfiksia perinatal
  7. Menerima terapi oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO)
  8. Pernah terkena infeksi yang terjadi sebelum dan sesudah lahir (termasuk CMV, meningitis bakteri dan virus, herpes, rubella, sifilis, toksoplasmosis)
  9. Memiliki sindrom, kelainan genetik, atau kondisi kraniofasial yang diketahui terkait dengan gangguan pendengaran

Jika satu atau lebih dari keadaan tersebut terjadi pada sang bayi, orang tua perlu melakukan pemantauan pendengaran secara rutin. Bicarakan dengan dokter anak dan minta rujukan ke audiolog pediatrik. Audiolog pedriatrik akan memberikan lebih dari satu tes untuk bayi yang tak lolos skrining pendengaran awal.

Rate this post