Klasifikasi tunawicara terbagi menjadi dua, yaitu gangguan bicara organik dan gangguan bicara fungsional. Kedua kondisi ini digolongkan untuk mengetahu penyebab tunawicara. Dengan begitu, orang tua dengan anak yang mengalami gangguan atau lingkungan terdekat dapat memahami dan menemukan cara untuk mengatasinya.

Tunawicara

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendefinisikan istilah tunawicara, sebagai seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal. Sehingga, orang lain kesulitan, bahkan tidak dapat mengerti apa yang akan diungkapkannya.

Sementara itu, Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) mendefinisikan istilah gangguan bicara atau bahasa berarti gangguan komunikasi, seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan suara, yang berdampak buruk pada kinerja pendidikan anak.

Dalam catatan American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), tunawicara dapt bersifat organik dan fungsional. Organik terjadi karena motorik/neurologis, struktural atau sensorik/persepsi yang mendasarinya. Sedangkan, gangguan bunyi bicara fungsional bersifat idiopatik alias penyebabnya tidak diketahui.

Klasifikasi Tunawicara

apa itu tunawicara
Wanita muda belajar bahasa isyarat selama pelajaran online dengan tutor wanita. Ilustrasi apa itu tunawicara. (Foto: Pexels/SHVETS production)

Berdasarkan Gangguan Suara Organik

Tunawicara bersifat organik dapat terjadi karena tiga hal, yakni motorik/neurologis, kelainan struktural, dan gangguan sensorik/perseptual.

Gangguan motorik/neurologis, terkait dengan kondisi misalnya, childhood apraxia of speech (CAS) dan dysarthria.

  • Childhood apraxia of speech (CAS). Ini adalah gangguan bicara yang mana otak anak mengalami kesulitan mengkoordinasikan gerakan mulut kompleks untuk membuat suara menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi frasa.
  • Dysarthria merupakan gangguan suara bicara motorik akibat kelemahan neuromuskuler, kelumpuhan atau inkoordinasi otot untuk menghasilkan suara. Pengucapan anak mungkin tidak jelas atau terdistorsi dan ucapan dapat berkisar dalam kejelasan, berdasarkan tingkat kelemahan neurologis.

Sementara itu, tunawicara berdasarkan kelainan struktural, misalnya, bibir/langit-langit sumbing dan defisit atau anomali struktural lainnya.

  • Bibir/langit-langit sumbing. Kondisi kraniofasial, termasuk celah bibir dan langit-langit, merupakan kelainan struktural kongenital yang disebabkan oleh perkembangan embriologis yang tidak khas. Salah satu dampak dari kondisi ini adalah gangguan artikulasi. Itu, ketika seorang anak kesulitan membuat suara tertentu. “Ucapan celah langit-langit” mengacu pada kesalahan suara ucapan yang lebih sering terjadi pada anak-anak dengan langit-langit mulut sumbing.
Baca Juga :   Tuli Mendadak Tanda Darurat Medis, Segeralah ke Dokter!

Gangguan sensorik/perseptual, misalnya gangguan pendengaran.

  • Gangguan pendengaran adalah penurunan atau kehilangan pendengaran karena masalah pada telinga bagian luar, tengah, dalam atau saraf pendengaran. Ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu gangguan dengar konduktif gangguan dengar sensorineural (SNHL), dan gangguan pendengaran campuran.
  • Dalam catatan Cincinnati Children’s Hospital, gangguan pendengaran dapat memengaruhi perkembangan kemampuan bicara dan bahasa anak. Ketika, seorang anak mengalami kesulitan mendengar, area otak yang untuk komunikasi mungkin tidak berkembang dengan baik. Ini membuat pemahaman dan berbicara menjadi sangat sulit.

Klasifikasi Tunawicara bersifat fungsional

Sementara itu, gangguan bunyi ujaran fungsional termasuk yang terkait dengan produksi motorik bunyi ujaran dan yang terkait dengan aspek linguistik dari produksi ujaran.

  1. Gangguan artikulasi fokus pada kesalahan (misalnya, distorsi dan substitusi) dalam produksi suara ucapan individu. Ketika berlangsung, anak memproduksi suara secara tidak benar. Misalnya, cadel, kesulitan mengartikulasikan suara tertentu, seperti “l” atau “r”.
  2. Sedangkan, gangguan fonologis adalah salah satu jenis gangguan bunyi ujaran. Dalam catatan Mount Sinai, gangguan bunyi ujaran adalah ketidakmampuan untuk membentuk bunyi kata dengan benar. Contohnya, anak dengan gangguan fonologis tidak menggunakan sebagian atau seluruh bunyi ujaran, untuk membentuk kata-kata seperti yang diharapkan untuk anak seusianya.

Butuh informasi lebih lanjut? Silakan konsultasi klasifikasi tunawicara dengan penyedia kesehatan atau Speech-language pathologists (SLPs). Namun, jika tunawicara terkait dengan gangguan pendengaran konsultasi dengan hearing center, seperti Kasoem Hearing Center.

Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center menyediakan pelayanan hingga solusi.

Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan pendengaran oleh audilog profesional untuk bayi dan anak-anak hingga orang tua lanjut usia (lansia) serta layanan Auditory Verbal therapy (AVT) untuk anak gangguan pendengaran.

Baca Juga :   Fungsi Tiga Tulang Pendengaran, Mampu Memperkeras Suara

Tak hanya itu, tersedia teknologi untuk gangguan dengar lain, meliputi alat bantu dengar hantaran tulang atau Bone-Anchored Hearing Aid (BAHA) sampai cochlear implant (implan koklea). Segera buat janji temu dengan menghubungi Kasoem Care melalui 08118179910, untuk mengatasi masalah Anda.

Rate this post