Gangguan pendengaran pada anak-anak disebabkan dua hal, yaitu didapat sejak lahir (konginetal) atau muncul setelah masa pertumbuhan. Ini karena ada masalah atau kerusakan pada semua bagian telinga, tak terkecuali gendang telinga. Salah satu kondisi yang menjadi penyebabnya adalah otitis media supuratif kronik. Seperti apa dampaknya terhadap pendengaran?

Otitis Media Supuratif Kronik

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan menjelaskan otitis media supuratif kronik tergolong penyebab gangguan pendengaran. Otitis media kronis, merupakan infeksi pada telinga tengah tanpa gendang telinga (membran timpani) yang utuh. Peradangan ini terjadi terus-menerus (otorrhea).

Dalam catatan jurnal Chronic Suppurative Otitis oleh Digna C. Rosario; Magda D. Mendez pada StatPearls, National Library of Medicine, otitis media supuratif kronik ke luarnya cairan terjadi selama dua hingga enam minggu. Meski sama-sama infeksi telinga tengah, tipe ini terjadi pada anak dengan gendang telinga tak utuh.

Siapa yang berisiko terkena otitis media supuratif kronik?

Otitis media supuratif kronis biasanya berkembang pada:

  • anak usia dini, paling sering sekitar usia dua tahun
  • anak-anak dengan kelainan kraniofasial seperti langit-langit mulut sumbing dan mereka yang lahir dengan Down syndrome
  • pada kasus jarang terjadi, otitis media ini bisa diderita anak dengan sindrom Gradenigo, yang disertai nyeri orbito-wajah dan kelumpuhan saraf kranial keenam

Otitis Media Supuratif Kronik Berbeda dengan Otitis Media

Seperti dilansir dari American Academy of Family Physicians, sinonim dari otitis media supuratif kronik termasuk mastoiditis kronis dan timpanomastoiditis kronis. Karena, temuan khas kondisi ini adalah mukosa granular telinga tengah yang menebal dan polip mukosa. Kadang-kadang, otitis media supuratif kronis akan dikaitkan dengan kolesteatoma di telinga tengah.

Perbedaan

  1. Otitis media supuratif kronis berbeda dengan otitis media kronis dengan efusi. Meski sama-sama mengeluarkan cairan dari telinga tengah, infeksi tersebut tidak aktif. Selain itu, gendang telinganya tidak bermasalah.
  2. Sementara, pada otitis media supuratif kronis biasanya ditemukan kolesteatoma di rongga telinga tengah dan proses mastoid tulang temporal. Jaringan granulasi dan keluarnya cairan dari telinga sering dikaitkan dengan infeksi sekunder pada epitel deskuamasi

Penyebab Gangguan Pendengaran

Riwayat alamiah otitis media supuratif kronis masih kurang dipahami. Perforasi mungkin menutup secara spontan pada sebagian kasus yang tidak diketahui. Hanya saja, tetap ada pada kasus lain, menyebabkan gangguan pendengaran. Jika menderita gangguan pendengaran progresif, artinya terjadi pada mereka yang infeksinya menetap dan keluarnya cairan lagi.

Ringan hingga sedang

Berdasarkan survei pada anak-anak di Afrika, Brasil, India, dan Sierra Leone serta kalangan masyarakat umum di Thailand terjadi gangguan dengar peningkatan ambang pendengaran sebesar 26 hingga 60 desibel.

Sedang

Sementara itu, di banyak negara berkembang, otitis media supuratif kronis merupakan penyebab paling umum dari gangguan pendengaran sedang (40 hingga 60 dB)

Jika dibiarkan, gangguan pendengaran yang terus-menerus selama dua tahun pertama kehidupan dapat meningkatkan ketidakmampuan belajar. Tak hanya itu, berdampak pada kinerja skolastik yang buruk.

Dampak lain

Lebih jarang, penyebaran infeksi dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti infeksi intrakranial dan mastoiditis akut. Bahkan, telah menyebabkan 3.599 kematian dan hilangnya hampir 1,5 tahun hidup karena kecacatan pada tahun 2002. Sekitar 90 persen di antaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sebagian besar kematian ini mungkin disebabkan oleh otitis media supuratif kronis, karena OMA merupakan infeksi yang dapat sembuh dengan sendirinya.

Rate this post