Kelainan bicara atau tunawicara adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal. Salah satu kondisi yang menyebabkan kondisi ini adalah gangguan pendengaran. Jika penyebabnya itu, membutuhkan alat bantu dengar tunawicara.

Tunawicara

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga, sulit bahkan orang lain tak mengerti perkataannya disebut tunawicara. (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).

Sedangkan, Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) mendefinisikan tunawicara adalah gangguan bicara atau bahasa berarti gangguan komunikasi, seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan suara, yang berdampak buruk pada kinerja pendidikan anak.

Klasifikasi Tunawicara

Dalam catatan American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), tunawicara dapt bersifat organik dan fungsional. Organik terjadi karena motorik/neurologis, struktural atau sensorik/persepsi yang mendasarinya. Sedangkan, gangguan bunyi bicara fungsional bersifat idiopatik alias penyebabnya tidak diketahui.

Klasifikasi Tunawicara bersifat fungsional

Gangguan bunyi ujaran fungsional termasuk yang terkait dengan produksi motorik bunyi ujaran dan yang terkait dengan aspek linguistik dari produksi ujaran.

  1. Gangguan artikulasi fokus pada kesalahan, seperti distorsi dan substitusi dalam produksi suara ucapan individu. Ketika berlangsung, anak memproduksi suara secara tidak benar. Misalnya, cadel, kesulitan mengartikulasikan suara tertentu, seperti “l” atau “r”.
  2. Gangguan fonologis, dalam catatan Mount Sinai, adalah ketidakmampuan untuk membentuk bunyi kata dengan benar. Contohnya, anak dengan gangguan fonologis tidak menggunakan sebagian atau seluruh bunyi ujaran, untuk membentuk kata-kata seperti yang diharapkan untuk anak seusianya.

Berdasarkan Gangguan Suara Organik

Tunawicara bersifat organik dapat terjadi karena tiga hal, yakni motorik/neurologis, kelainan struktural, dan gangguan sensorik/perseptual.

Gangguan motorik/neurologis, terkait dengan kondisi misalnya, childhood apraxia of speech (CAS) dan dysarthria.

  • Childhood apraxia of speech (CAS). Ini adalah gangguan bicara yang mana otak anak mengalami kesulitan mengkoordinasikan gerakan mulut kompleks untuk membuat suara menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi frasa.
  • Dysarthria merupakan gangguan suara bicara motorik akibat kelemahan neuromuskuler, kelumpuhan atau inkoordinasi otot untuk menghasilkan suara. Pengucapan anak mungkin tidak jelas atau terdistorsi dan ucapan dapat berkisar dalam kejelasan, berdasarkan tingkat kelemahan neurologis.
Baca Juga :   Alat Bantu Dengar CIC, Terpasang Sepenuhnya di Saluran Telinga

Sementara itu, tunawicara berdasarkan kelainan struktural, misalnya, bibir/langit-langit sumbing dan defisit atau anomali struktural lainnya.

  • Bibir/langit-langit sumbing. Kondisi kraniofasial, termasuk celah bibir dan langit-langit, merupakan kelainan struktural kongenital yang disebabkan oleh perkembangan embriologis yang tidak khas. Salah satu dampak dari kondisi ini adalah gangguan artikulasi. Itu, ketika seorang anak kesulitan membuat suara tertentu. 

Gangguan sensorik/perseptual, misalnya gangguan pendengaran.

  • Gangguan pendengaran adalah penurunan atau kehilangan pendengaran karena masalah pada telinga bagian luar, tengah, dalam atau saraf pendengaran. Ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu gangguan dengar konduktif gangguan dengar sensorineural (SNHL), dan gangguan pendengaran campuran.
  • Dalam catatan Cincinnati Children’s Hospital, gangguan pendengaran dapat memengaruhi perkembangan kemampuan bicara dan bahasa anak. Ketika, seorang anak mengalami kesulitan mendengar, area otak yang untuk komunikasi mungkin tidak berkembang dengan baik. Ini membuat pemahaman dan berbicara menjadi sangat sulit.

Alat Bantu Dengar Tunawicara

Jika kelainan bicara penyebabnya gangguan sensorik atau perseptual karena gangguan pendengaran, anak dengan kondisi tersebut membutuhkan teknologi pendengaran. Hanya, perlu diketahui terlebih dahulu gangguan pendengaran apa yang menyerang mereka dan berapa jumlah pendengaran yang masih mereka miliki (pendengaran sisa).

Seperti dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) teknologi tidak “menyembuhkan” gangguan pendengaran. Tapi, dapat membantu anak yang mengalami gangguan pendengaran memanfaatkan sisa pendengarannya secara maksimal.

Bagi para orang tua yang memilih anaknya menggunakan teknologi, pilihannya adalah:

  • alat bantu dengar (hearing aid)
  • implan koklea (cochlear implant)
  • alat bantu dengar yang menempel pada tulang atau alat bantu dengar konduksi tulang

Alat bantu dengar tunawicara

Dalam catatan Healthychildren.org penempatan awal alat bantu dengar pada bayi tunarungu penting untuk memberikan mereka kesadaran akan bunyi dan bahasa. Pemaparan dini terhadap bahasa lisan atau visual (isyarat) mempunyai dampak yang sangat positif terhadap perkembangan bahasa agar tak menjadi tunawicara.

Baca Juga :   Berapa Harga Alat Bantu Dengar Telinga per September?

Pada anak-anak dengan gangguan pendengaran sensorineural ringan hingga sedang, alat bantu dengar dapat meningkatkan pendengaran. Sehingga, sebagian besar anak dapat mengembangkan kemampuan berbicara dan bahasa lisan secara normal.

Alat bantu dengar konduksi tulang

Sementara itu, jika gangguan pendengaran konduktif disebabkan oleh kelainan bentuk telinga bagian luar atau tengah, alat bantu dengar konduksi tulang dapat mengembalikan pendengaran ke tingkat normal atau mendekati normal.

Ketika seorang anak mengalami gangguan pendengaran konduktif, campuran atau unilateral dan secara khusus cocok untuk anak-anak yang tidak dapat memakai alat bantu dengar ‘di dalam telinga’ atau ‘di belakang telinga’.

Implan koklea

Saat mengalami gangguan pendengaran yang parah atau berat pada kedua telinganya dan hanya mendapat sedikit atau bahkan tidak mendapatkan manfaat sama sekali dari alat bantu dengar, maka menjadi kandidat untuk implan koklea. Jika keluarga mempertimbangkan implan untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran saat lahir, peluang terbaik untuk mengembangkan kemampuan bicara dan pendengaran adalah dengan melakukan pemasangan implan sejak dini (idealnya pada usia satu tahun) dibandingkan terlambat (di atas tiga tahun).

Terapi

Teknologi pendengaran hanya membantu memperkeras suara untuk anak-anak gangguan pendengaran. Tapi, tidak menjamin mereka tak mengalami kelainan bicara. Maka dari itu, untuk mencegah anak menjadi tunawicara perlu menjalani sesi terapi bicara dan bahasa.

Salah satu terapi untuk anak-anak adalah Auditory Verbal therapy (AVT). Program pembinaan intervensi dini ini berpusat pada keluarga untuk mendukung perkembangan bicara dan bahasa anak dengan gangguan dengar.

Dengan Auditory Verbal therapy, orang tua mungkin bisa membantu anak mereka memanfaatkan teknologi pendengarannya sebaik mungkin. Sehingga, sang anak mampu memaksimalkan akses anak terhadap suara serta keterampilan mendengarkan dan bahasa lisan.

Baca Juga :   Cara Merawat Hearing Aid Supaya Tidak Mudah Rusak

Butuh informasi tentang alat bantu dengar?

Hubungi Kasoem Hearing Center. Sebagai satu-satunya hearing center di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center menyediakan pelayanan hingga solusi.

Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan pendengaran oleh audilog profesional untuk bayi dan anak-anak hingga orang tua lanjut usia (lansia) serta layanan Auditory Verbal therapy (AVT) untuk anak gangguan pendengaran.

Tak hanya itu, tersedia teknologi untuk gangguan dengar lain, meliputi alat bantu dengar hantaran tulang atau Bone-Anchored Hearing Aid (BAHA) sampai cochlear implant (implan koklea). Segera buat janji temu dengan menghubungi Kasoem Care melalui 08118179910, untuk mengatasi masalah Anda.

Rate this post