Kebisingan adalah salah satu penyebab utama gangguan pendengaran di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan kelompok usia 12 hingga 35 tahun diprediksi mengalami kerusakan telinga, seperti kehilangan pendengaran akibat kebisingan. 

Salah satu penyebabnya, kata Direktur WHO untuk Departemen Penyakit Tidak Menular Dr Bente Mikkelsen, karena penggunaan perangkat audio pribadi seperti headset, headphone, earphone atau earbuds yang tidak aman.

Apa saja benda-benda penghasil kebisingan?

Sementara itu, menurut Centers for Disease Control and Prevention suara sehari-hari yang didengarkan oleh manusia biasanya tidak merusak pendengaran. Hanya saja, ada beberapa suara yang melebihi level aman mendengar.

Misalnya, suara keras yang terdengar dalam acara olahraga dan konser musik. Selain itu, benda-benda yang ada di sekitar juga jadi penyebab kebisingan.

Berikut benda-benda penghasil kebisingan dengan ukuran desibel (dB) satuan untuk mengukur intensitas suara lingkungan. 

Tingkat kebisingan

Waktu Sebelum Kerusakan

Setara dengan:

80 dB

25 jam

Nada Sambung Telepon

83 dB

12 jam

 

86 dB

6,5 jam

Lalu Lintas Kota

89 dB

3 jam

 

92 dB

1,5 jam

Lalu Lintas Jalan Raya

95 dB

45 menit

Jackhammer 50′ jauhnya

98 dB

23 menit

 

101 dB

12 menit

Bor Tangan pada 3′

104 dB

6 menit

 

107

3 menit

Mesin pemotong rumput di 3′

110 dB

1,5 menit

 

113 dB

>1 menit

Power Saw, Konser Rock

Bagaimana proses kerusakan telinga akibat kebisingan?

Berdasarkan catatan dari ratusan, bahkan ribuan, proyek penelitian kerusakan terjadi pada sel-sel rambut halus (atau saraf) pada telinga bagian dalam, yakni koklea. Awalnya, dentuman berulang tekanan suara terhadap serabut saraf dapat menyebabkan kerusakan sementara.

Baca Juga :   Seberapa Penting Membersihkan Alat Bantu Dengar?

Tapi, akhirnya sel-sel rusak membuat gangguan pendengaran permanen. Prosesnya, yaitu suara masuk ke telinga melalui sebuah gelombang. Gelombang suara membuat gendang telinga bergetar yang ditransmisikan ke telinga bagian dalam melalui beberapa tulang kecil sampai mencapai koklea.

Setelah getaran suara itu mencapai koklea, otomatis cairan di dalamnya bergetar dan menyebabkan rambut-rambut  bergerak. Jika suara yang ke luar dalam batas aman, getaran akan membuat rambut bergerak normal.

Namun, saat suara lebih keras masuk, seperti suara yang dari benda-benda penghasil kebisingan akan terjadi getaran yang lebih kuat. Hal tersebut menyebabkan rambut bergerak lebih banyak.

Memang berapa sih batas aman mendengar?

Saat telinga terus menerus mendengarkan suara yang terlalu keras, rata-rata 120 dB dalam periode lama atau di atas 85 dB, sel-sel rambut tersebut bakal kehilangan kepekaan terhadap getaran. Sebab, suara keras membuat sel menekuk atau terlipat.

Padahal, suara paling lembut bagi manusia dengan pendengaran normal dan sehat adalah nol desibel. Maka dari itu, menurut para ahli sepakat, batas aman mendengar adalah di bawah 85 dB.

Karena, menurut para ahli, paparan terus menerus terhadap kebisingan di atas 85 dB, dari waktu ke waktu, pada akhirnya akan merusak pendengaran. Sehingga, manusia harus menyadari bahwa semakin keras suara, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan sebelum pendengaran akan terpengaruh.

Jika khawatir terjadi gangguan pendengaran, Anda bisa melakukan tes pendengaran ke dokter spesialis atau hearing center, seperti Kasoem Hearing Center. Sebab, di sana menyediakan layanan pemeriksaan bagi dewasa untuk menentukan kemampuan dengar, sekaligus mencari tahu tingkat keparahan pendengaran seseorang.

Sebagai satu-satunya hearing center yang mengantongi sertifikasi ISO 9001 2015, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan oleh dokter spesialis di bidangnya. Selain itu, Kasoem Hearing Center menyediakan alat bantu dengar yang sesuai dengan kebutuhan pendengaran.

Baca Juga :   Gangguan Pendengaran, Bagian Telinga Mana yang Bermasalah?

Dengan tagline “One Stop Solution for All Hearing Problem” Kasoem Hearing Center menyediakan layanan pemeriksaan lengkap untuk bayi, anak-anak hingga dewasa di berbagai daerah di Indonesia.

Rate this post