Kebisingan adalah salah satu penyumbang terbesar pada 466 juta orang di dunia yang menderita gangguan pendengaran sedang hingga berat, inilah yang membuat kebisingan sebabkan gangguan pendengaran menjadi perhatian serius. Gangguan pendengaran adalah kelainan pada satu atau kedua telinga yang membuat seseorang tak mampu mendengar sebaik orang dengan pendengaran normal.

Gangguan dengar ini bisa menyerang semua usia, mulai dari bayi, remaja hingga orang tua lanjut usia (lansia). Adapun paparan kebisingan diklaim dapat merusak pendengaran orang-orang dari segala usia, terlebih pada kelompok usia 12-35 tahun.

Apa sih kebisingan?

Dalam catatan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718 Tahun 1987 tentang Kebisingan, kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention suara sehari-hari yang didengarkan oleh manusia biasanya tidak merusak pendengaran. Hanya saja, ada beberapa suara yang melebihi level aman mendengar. Misalnya, suara keras yang terdengar dalam acara olahraga dan konser musik. Suara keras yang berulang-ulang itu, bisa menyebabkan gangguan pendengaran.

Bagaimana kebisingan sebabkan gangguan pendengaran?

Berdasarkan catatan dari ratusan, bahkan ribuan, proyek penelitian kerusakan itu terjadi pada sel-sel rambut halus (atau saraf) di telinga bagian dalam. Prosesnya, suara masuk ke telinga melalui sebuah gelombang. Gelombang suara membuat gendang telinga bergetar yang ditransmisikan ke telinga bagian dalam melalui beberapa tulang kecil sampai mencapai koklea.

Ketika getaran suara itu mencapai koklea, otomatis cairan di dalamnya bergetar dan menyebabkan rambut-rambut di dalamnya bergerak. Jika suara dalam batas aman, getaran akan membuat rambut bergerak normal.

Baca Juga :   Gangguan Pendengaran pada Anak-anak Dapat Dicegah dengan Cara Ini

Namun, saat suara lebih keras masuk, akan terjadi getaran yang lebih kuat. Hal tersebut menyebabkan rambut bergerak lebih banyak.

Saat telinga terus menerus mendengarkan suara yang terlalu keras, rata-rata 120 dB dalam periode lama, sel-sel rambut tersebut bakal kehilangan kepekaan terhadap getaran. Sebab, suara keras membuat sel menekuk atau terlipat.

Maka dari itu, untuk mencegah kerusakan pada telinga akibat paparan kebisingan harus memahami level aman mendengar, yaitu 85 desibel (dB). Karena jika tidak, paparan kebisingan yang berulang terhadap suara keras akan memengaruhi seberapa baik mendengar di kemudian hari dan seberapa cepat mengalami masalah pendengaran.

Berapakah level aman untuk telinga mendengar?

Nol desibel merupakan suara paling lembut yang dapat manusia dengar dengan telinga sehat. Para ahli sepakat, batas aman mendengar adalah di bawah 85 desibel (dB) atau satuan untuk mengukur intensitas suara lingkungan.

Berikut tingkat kebisingan menurut Decible (Noise Level by Decible) dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), Centers for Disease Control and Prevention, dan The Center for Construction Research and Training (CPWR) berdasarkan catatan pada laman Noise Awarness.

Noise Level by Decible

  • Pneumatic precision drill (bor presisi pneumatik) 119
  • Hammer drill (bor palu) 114
  • Chain saw (gergaji rantai) 110
  • Spray painter (cat semprot) 105
  • Hand drill (bor tangan) 80
  • NIOSH Recommended Exposure Limit 85
  • Normal conversation (percakapan normal) 60
  • Whisper (bisikan) 30

Para ahli menuturkan paparan terus menerus terhadap kebisingan di atas 85 dB, dari waktu ke waktu akan merusak pendengaran. Sehingga, semestinya telinga mendengar pada ambang 85 dB seperti kata National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH).

Baca Juga :   Penggunaan Alat Bantu Dengar Bayi Lahir sampai 6 Enam Bulan

Anda mengalami gangguan pendengaran, dan membutuhkan alat bantu dengar? silahkan hubungi tim professional kami untuk berkonsultasi dan dapatkan alat untuk mendengar terbaik sekarang juga.

Rate this post