Microtia adalah kelainan bawaan ketika telinga luar tidak terbentuk normal dengan ukuran lebih kecil. Kondisi ini terbagi menjadi beberapa tingkatan. Berdasarkan keparahannya microtia terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Ada berapa klasifikasi microtia atau classification of microtia?

Microtia

Satu hingga lima anak dari setiap 10.000 kelahiran menderita microtia. Dalam catatan Children’s National Hospital, tingkat keparahannya berkisar dari telinga luar terbentuk sebagian hingga gumpalan jaringan. Dalam kasus tertentu, microtia bersamaan dengan liang telinga sangat sempit atau hilang.

  • Grade I: Telinga luar sedikit lebih kecil dari biasanya, meskipun sebagian besar fitur normal
  • Grade II: Telinga luar kehilangan beberapa struktur dan saluran telinga mungkin tertutup (stenosis), menyebabkan gangguan pendengaran.
  • Grade III: Telinga muncul seperti pembentukan tulang rawan kecil berbentuk kacang dan cuping telinga yang relatif terbentuk dengan baik. Tapi, liang telinga luar dan gendang telinga biasanya tidak ada
  • Grade IV: Telinga luar tidak tumbuh atau hilang atau anotia

Classification of Microtia

Mikrotia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan daun telinga yang lebih kecil dan biasanya cacat. Adapun classification of microtia dilansir dari International Consensus Recommendations on Microtia, Aural Atresia and Functional Ear Reconstruction oleh Tian-yu Zhang, Neil Bulstrode, Kay W. Chang, Yang-Sun Cho, Henning Frenzel, Dan Jiang, Bradley W. Kesser, Ralf Siegert, dan Jean-Michel Triglia dalam The Journal of International Advanced Otology, National Library of Medicine pada Agustus 2019, adalah sebagai berikut.

Classification of microtia Weerda

Salah satu sistem classification of microtia yang diadopsi secara luas, awalnya oleh Weerda dan Aguilar menyederhanakannya. Ini memberikan nilai dari I hingga III berdasarkan tingkat keparahan deformitas.

  • Tingkat I menggambarkan telinga yang sedikit lebih kecil dari telinga normal dengan ciri-ciri yang pada dasarnya normal
  • Tingkat II mewakili daun telinga yang belum sempurna dan cacat tetapi mengandung beberapa komponen yang dapat dikenali
  • Tingkat III mencakup telinga “kacang” klasik, yang sangat lemah dengan benjolan kecil jaringan cacat yang sering kali mengandung beberapa tulang rawan
  • Tingkat IV mencakup anotia
Baca Juga :   Kenali Gangguan Pendengaran Sensorineural, Masalah Telinga Bagian Dalam dan Saraf

 

Classification of microtia Weerda
Classification of Microtia by Weerda and simplified by Aguilar. (Dok. International Consensus Recommendations on Microtia, Aural Atresia and Functional Ear Reconstruction oleh Tian-yu Zhang, Neil Bulstrode, Kay W. Chang, Yang-Sun Cho, Henning Frenzel, Dan Jiang, Bradley W. Kesser, Ralf Siegert, dan Jean-Michel Triglia dalam The Journal of International Advanced Otology, National Library of Medicine pada Agustus 2019)

Classification of microtia Nagata

Sementara itu, sistem klasifikasi lain yang sering dipakai adalah menurut Nagata. Ia mengkategorikan microtia berdasarkan struktur sisa yang ada. Kategori microtia menurut Nagata, yakni mikrotia lobular, mikrotia concha kecil, dan mikrotia concha besar.

  1. Kelas II adalah telinga mikrotik tipe concha memiliki lobulus, concha, meatus akustik, tragus, dan incisura tragica pada tingkat tertentu. Telinga mikrotik tipe concha kecil berisi sisa telinga dan lobulus dengan lekukan kecil untuk concha.
  2. Kelas III adalah telinga mikrotik tipe lobulus memiliki sisa telinga dan lobulus tetapi tidak memiliki concha, meatus akustik, dan tragus

Perawatan

Jika sudah mengetahui klasifikasi dan telinga yang terdampak bicaralah dengan dokter anak tentang perawatan mana yang terbaik. Perawatan untuk microtia ini bisa berupa penggunaan alat bantu dengar apabila ada telinga yang mengalami gangguan pendengaran hingga pembedahan.

Pilihan rekonstruksi untuk mikrotia secara garis besar terbagi menjadi sebagai berikut.

  1. Tanpa pengobatan
  2. Menempatkan kerangka tulang rawan kosta autologus secara subkutan
  3. Menanamkan bahan buatan, termasuk implan polietilen berpori yang ditempatkan secara subkutan atau di bawah penutup fasia vaskularisasi dan cangkok kulit
  4. Menempelkan telinga palsu pada kulit dengan perekat tingkat medis atau dengan implan osseointegrasi

Jika penderita memilih pembedahan, tim multidisiplin untuk rekonstruksi pendengaran dan pinna akan melakukan observasi untuk koordinasi dan pertimbangan. Karena, operasi ini harus dilakukan oleh tim yang berpengalaman karena terdapat kurva pembelajaran yang curam.

Rate this post