Banyak orang masih menganggap gangguan dengar sebagai masalah ringan yang hanya memengaruhi kemampuan mendengar. Padahal, berbagai penelitian terbaru menunjukkan bahwa gangguan dengar memiliki dampak yang jauh lebih kompleks, termasuk meningkatnya risiko demensia atau penurunan daya ingat. Kondisi ini sering kali muncul perlahan, sehingga banyak orang tidak menyadari bahayanya hingga terlambat.

Penelitian internasional menemukan bahwa seseorang dengan gangguan dengar memiliki risiko hingga lima kali lebih tinggi mengalami demensia dibandingkan mereka yang pendengarannya normal. Angka ini tentu bukan hal kecil. Namun, sebelum merasa khawatir berlebihan, penting untuk memahami bagaimana hubungan antara kedua kondisi tersebut.

Kenapa Gangguan Dengar Bisa Memengaruhi Otak?

Saat pendengaran menurun, otak harus bekerja lebih keras untuk menangkap dan memahami suara. Energi yang seharusnya digunakan untuk proses lain, seperti berpikir, memecahkan masalah, dan mengingat informasi, akhirnya habis hanya untuk “menerjemahkan” suara yang terdengar samar. Proses ini disebut cognitive load, yaitu beban kerja otak yang meningkat akibat gangguan stimulasi pendengaran.

Selain itu, banyak orang dengan gangguan dengar cenderung mulai menghindari percakapan, merasa malu untuk meminta pengulangan, atau enggan berkumpul karena sulit berkomunikasi. Sikap menarik diri dari lingkungan sosial ini menyebabkan otak jarang mendapat rangsangan yang diperlukan. Padahal, hubungan sosial adalah salah satu cara penting untuk menjaga fungsi kognitif tetap aktif. Ketika interaksi berkurang, risiko gangguan memori dan demensia ikut meningkat.

Bisakah Risiko Demensia Dikurangi?

Kabar baiknya, risiko ini dapat ditekan melalui langkah-langkah sederhana. Kunci utamanya adalah deteksi dini. Pemeriksaan pendengaran rutin sangat penting, terutama bagi individu di atas usia 40 tahun atau mereka yang sering terpapar suara bising. Mengenali penurunan pendengaran sejak awal memungkinkan penanganan yang lebih efektif.

Jika dokter menyarankan penggunaan alat bantu dengar, jangan ragu untuk memakainya. Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu dengar dapat membantu menjaga aktivitas otak, memperbaiki kualitas komunikasi, dan secara signifikan menurunkan risiko demensia. Dengan kata lain, menjaga kesehatan pendengaran berarti menjaga kesehatan otak.

Kesimpulan

Gangguan dengar bukan sekadar masalah telinga, tetapi juga masalah otak. Ketika pendengaran terganggu, fungsi kognitif ikut terpengaruh dan dapat meningkatkan risiko demensia. Dengan pemeriksaan dini dan penanganan tepat, risiko ini dapat dikurangi secara signifikan.

Jadi, jangan menunggu hingga gangguan semakin berat. Pedulilah pada kesehatan pendengaran Anda, karena menjaga telinga sama artinya dengan menjaga daya ingat dan kualitas hidup.

Rate this post