Direktur World Health Organization (WHO) untuk Departemen Penyakit Tidak Menular Dr Bente Mikkelsen memperingatkan jutaan remaja dan generasi muda berisiko mengalami gangguan pendengaran, salah satunya karena penggunaan perangkat audio pribadi yang tidak aman. Penggunaan perangkat audio pribadi itu, tak dapat terlepas dari perangkat output, yaitu headphone, earbud atau headset. Lantas, bagaimana cara menggunakan headset agar tidak merusak telinga?

Gangguan Pendengaran Remaja dan Generasi Muda

Risiko gangguan pendengaran pada usia remaja dan generasi muda tak main-main. Karena, menurut Mikkelsen, risiko semakin besar karena sebagian besar perangkat audio tidak memberikan pilihan mendengarkan yang aman.

Diperkirakan lebih dari satu miliar orang berusia 12 hingga 35 tahun berisiko kehilangan pendengaran karena paparan musik keras dan suara rekreasional lainnya dalam waktu lama dan berlebihan. Paparan suara tersebut berasal dari perangkat audio pribadi yang tidak aman dan paparan tingkat suara yang merusak di tempat-tempat seperti klub malam, bar, konser, dan acara olahraga.

Dampak paparan suara keras adalah gangguan pendengaran sementara atau tinnitus. Namun, ketika terjadi berkepanjangan atau berulang-ulang dapat menyebabkan kerusakan pendengaran permanen, yang mengakibatkan gangguan pendengaran permanen.

Apa yang rusak?

Menurut catatan Centers for Disease Control and Prevention, suara keras dapat merusak sel dan membran di koklea. Paparan satu kali terhadap suara keras yang ekstrem atau mendengarkan suara keras dalam waktu lama membuat sel-sel rambut di telinga bekerja terlalu keras. Lama-kelamaan sel-sel rambut tersebut mati.

Jika sudah demikian, terjadilah gangguan pendengaran sementara. Namun, yang berbahaya adalah gangguan dengar tetap berlanjut, bahkan setelah paparan kebisingan berhenti. Karena, kerusakan pada telinga bagian dalam atau sistem saraf pendengaran menjadi permanen.

Cara Menggunakan Headset agar Tidak Merusak Telinga

Headset pada dasarnya adalah headphone dengan tambahan mikfrofon. Dua speaker itu ditempelkan atau dipasang ke dalam telinga. Sehingga, bukan hanya mendengarkan musik, dapat digunakan untuk berkomunikasi, seperti telepon atau video call.

Hanya saja, ketika menggunakan dengan volume suara yang tidak aman atau terlalu lama, headset, headphone, dan earbud berkontribusi terhadap epidemi gangguan pendengaran.

Seperti dilansir dari American Osteopathic Association, sebagian besar pemutar MP3 menghasilkan suara hingga 120 desibel (dB). Suara tersebut setara dengan tingkat suara pada konser musik rock. Jadi, ketika mendengarkan suara saat menggunakan headset pada tingkat desibel terlalu tinggi tak dapat mendengar apa pun yang terjadi di sekitarnya.

Dengan suara sebesar 120 dB saat mendengarkan musik melalui output pribadi, maka gangguan pendengaran pada manusia dapat terjadi hanya dalam waktu sekitar satu jam 15 menit.

Cara menggunakan headset agar tak merusak telinga

Menurut Hearing Health Foundation, menyetel headphone atau earbud ke tingkat maksimum tidak lebih dari 50 hingga 60 persen membantu melindungi pendengaran seumur hidup. Adapun saran kepada orang tua adalah sebagai berikut.

  1. Duduklah bersama anak-anak dengan headphone, headset, earbud terpasang dengan volume nol
  2. Naikkan perlahan untuk menemukan volume terendah yang nyaman bagi mereka. Angka ini mungkin akan jauh di bawah ambang batas 50 persen
  3. Lakukan hal yang sama ketika anak Anda berusia 13 tahun dan sudah bisa menggunakan earbud denagn mengaktifkannya sebentar untuk lagu favoritnya.
  • Jika kedengarannya terlalu keras, berarti terlalu keras
  • Jika kita harus berteriak agar teman makan malam bisa mendengar artinya terlalu keras
  • Jika kita mendengar musik yang keluar dari headphone anak atau orang yang duduk di sebelah kita di bus atau kereta bawah tanah, hal itu merusak pendengaran mereka

Tips menggunakan headset agar tak merusak telinga

  1. Turunkan volume. Dengarkan perangkat audio pribadi pada tingkat volume maksimum 50 hingga 60 persen
    Keseimbangan. Tingkat volume dan lamanya mendengarkan harus seimbang. Semakin lama mendengarkan, seharusnya semakin kecil volumenya
  2. Memantau. Gunakan aplikasi ponsel pintar untuk memantau paparan suara. Pilih perangkat dengan fitur mendengarkan aman bawaan
  3. Kesesuaian. Gunakan headphone over-the-ear (dan, jika memungkinkan, peredam bising). Model over-the-ear menciptakan segel yang lebih baik untuk memblokir suara sekitar
  4. Dengarkan Dunia. Beristirahatlah mendengarkan, setidaknya sekali dalam satu jam dari perangkat audio pribadi. Nikmati ketenangan dan suara di sekitar

Mau konsultasi mengenai gangguan pendengaran atau bagaimana cara mendengarkan dengan aman?

Silakan kunjungi Kasoem Hearing Center. Satu-satunya hearing center di Indonesia dengan sertifikasi ISO 9001:2015 ini menyediakan pelayanan hingga solusi. Berfokus pada one stop solution for all hearing problem, Kasoem Hearing Center melayani pemeriksaan pendengaran oleh audilog profesional untuk bayi dan anak-anak hingga orang tua lanjut usia (lansia) serta layanan Auditory Verbal therapy (AVT) untuk anak gangguan pendengaran.

Tak hanya itu, tersedia teknologi untuk gangguan dengar lain, meliputi alat bantu dengar hantaran tulang atau Bone-Anchored Hearing Aid (BAHA) sampai cochlear implant (implan koklea). Segera buat janji temu dengan menghubungi Kasoem Care melalui 08118179910, untuk mengatasi masalah Anda.

Rate this post