Tinnitus merupakan kondisi mendengar bunyi dering atau suara lain di salah satu atau kedua telinga. Pada umumnya, tinnitus memengaruhi sekitar 15 sampai 20 persen. Tapi, kebanyakan tinnitus menyerang orang dewasa atau orang tua lanjut usia (lansia).

Tinnitus biasanya muncul karena ada penyakit penyerta. Adapun kondisi yang mendasarinya, seperti gangguan pendengaran terkait usia, cedera telinga atau masalah dengan sistem peredaran darah. 

Seperti dilansir dari Mayo Clinic, mereka yang menderita tinnitus sering kali mendengar suara seperti deringan. Orang yang mengalaminya akan mendengar suara tersebut meski tak ada suara dari eksternal.

Selain suara berdering, ciri-ciri orang yang menderita tinnitus akan mendengar suara, yaitu:

  1. Berdengung
  2. Gemuruh
  3. Mengklik
  4. Desis
  5. Bersenandung

Suara yang didengar penderita tinnitus bervariasi. Mereka bisa mendengar nada dari raungan terendah hingga jeritan tinggi. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderitanya bisa mendengar suara sangat keras sampai mengganggu kemampuan berkonsentrasi.

Selain itu, periode suara yang mereka dengar pun berbeda-beda. Bisa jadi terdengar sepanjang waktu atau mungkin hanya beberapa kali saja.

Tipe-tipe tinnitus

Kasus tinnitus, pada umumnya menyerang kedua telinga, yang disebut tinnitus bilateral. Namun, ada juga yang berkembang hanya di satu telinga atau tinnitus unilateral.  Adapun tipe dari tinnitus terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

  •  Tinitus Subjektif

Tinnitus subjektif adalah kondisi ketika bunyi atau suara yang ada di dalam telinga terdengar oleh penderitanya sendiri. Artinya, sekeras apapun suara yang terdengar, orang lain tidak dapat mengetahuinya. 

  • Tinnitus Objektif

Tinnitus objektif merupakan suatu kondisi yang memengaruhi struktur mekanis di dekat telinga, seperti tekanan darah tinggi atau kontraksi otot. Sebenarnya, kondisi ini hampir sama seperti tinnitus subjektif, yaitu tidak cukup keras untuk didengar dari kejauhan. 

Baca Juga :   Bentuk Telinga Luar CHARGE Syndrome, seperti Ini Cirinya!

Tetapi, tinnitus objektif dapat terdeteksi menggunakan stetoskop atau mikrofon sensitif. Sebagian besar waktu, dokter memperhatikan tinnitus objektif selama pemeriksaan telinga.

  • Tinnitus Pulsatile (Berdenyut)

Tinnitus Pulsatile (berdenyut) menyebabkan suara berirama terdengar di telinga. Kemungkinan, tinnitus pulsatile ini terkait dengan pembuluh darah di dekat telinga. Kebisingan berirama ini biasanya sesuai dengan tingkat detak jantung. Bisa juga terdengar terburu-buru atau menderu. 

Seperti apa gejalanya?

Mereka yang menderita akan merasakan sensasi mendengar suara dering, berdengung, gemuruh, mengklik, desis, dan bersenandung pada satu atau kedua telinganya.

Seperti dilansir dari Noise Awarness, salah satu penyebab tinnitus adalah paparan suara keras atau kebisingan. Hal-hal yang memicu gejala tinnitus, yaitu konser, pernikahan, dan MRI. Kondisi tersebut bisa jadi hanya terjadi sekali namun sangat keras dan di lain waktu merupakan hasil dari serangkaian eksposur. 

Namun, Cleveland Clinic menyebut belum ada data pasti apa yang menyebabkan seseorang menderita tinnitus. Penyedia layanan kesehatan menilai aktivitas abnormal di bagian otak yang memproses suara, mungkin bertanggung jawab atas tinnitus. Tapi, tetap saja mereka tidak tahu bagaimana atau mengapa atau bagaimana mencegah aktivitas itu.

Adapun gejala-gejala yang dapat memengaruhi munculnya tinnitus pada telinga di antaranya penuaan, paparan suara keras atau ledakan, obat ototoksik, dan penyakit meniere.

Hanya saja, perlu diingat, tinnitus bukanlah penyakit, melainkan gejala dari kondisi kesehatan lain. Kendati demikian, tinnitus tak bisa diabaikan begitu saja. Karena, ketika seseorang menderita tinnitus sampai kondisinya parah, dampaknya bisa mengganggu aktivitas. Sehingga, ketika melihat ciri-ciri dan gejala segera periksakan ke dokter spesialis. Agar, mereka yang menderita tinnitus mendapat diagnosis lengkap terkait hal tersebut.

Rate this post