Pernahkah Anda mendengar suara atau bunyi yang tidak didengar orang lain? Suara atau bunyi tersebut mungkin tampak nyata, tapi sebenarnya tidak. Waspadalah, mungkin Anda mengalami gangguan halusinasi pendengaran. Apa itu?

Gangguan Halusinasi Pendengaran

Halusinasi pendengaran dapat merujuk pada banyak suara. Paracusia, istilahnya adalah persepsi sensorik terhadap pendengaran tanpa adanya stimulus eksternal. Dalam catatan Cleveland Clinic, gangguan halusinasi pendengaran menyebabkan seseorang mendengar suara atau bunyi yang sebenarnya tidak ada.

Jika mengalami gangguan halusinasi suara bisa datang melalui telinga, permukaan tubu, dalam pikiran atau dari mana saja. Dengan periode waktu yang tak sama, mungkin setiap hari atau sebagai episode yang terisolasi.

Jenis-jenis Halusinasi Pendengaran

Dua jenis utama halusinasi pendengaran adalah verbal (mendengar suara-suara) dan mendengar bunyi atau kebisingan.

Halusinasi auditori verbal (mendengar suara-suara)

Halusinasi auditori verbal adalah fenomena mendengar suara-suara tanpa ada orang yang berbicara. Suara-suara yang didengar pun dapat bervariasi mulai seberapa sering mendengarnya, seperti apa suaranya, apa yang diucapkannya, dan apakah suara-suara tersebut familier atau tidak.

  1. Suara-suara tersebut dapat berasal dari satu sumber, seperti televisi, atau beberapa sumber.
  2. Dapat berupa suara tunggal atau beberapa suara. Suara tersebut dapat berbicara langsung kepada orang tersebut, berdiskusi dengan orang tersebut atau menggambarkan peristiwa yang sedang berlangsung.
  3. Suara-suara tersebut bisa positif, negatif, atau netral. Terkadang, mendengar suara-suara bisa membuat kesal atau tertekan.
  4. Suara-suara itu mungkin memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Halusinasi auditori verbal paling sering menyerang orang dengan skizofrenia dan atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Tetapi, dapat terjadi pada orang yang tidak memiliki kondisi kesehatan apa pun.

Mendengar suara atau kebisingan

Halusinasi pendengaran dapat berupa mendengar suara atau bunyi, seperti musik, suara binatang, suara alam, atau suara latar. Suara tersebut mungkin terdengar seperti berasal dari suatu tempat di sekitar atau dalam pikiran. Volume suara dapat bervariasi dari sangat pelan hingga sangat keras.

Penyebab

Dalam artikel Halusinasi Pendengaran oleh Lily Guo yang dilansir dari Osmosis from Elsevier, penyebab utama gangguan halusinasi pendengaran adalah kondisi sebagai berikut.

  1. Penyakit mental. Misalnya, skizofrenia atau gangguan skizofreniform. Sebanyak 75 persen individu dengan skizofrenia telah melaporkan mengalami halusinasi pendengaran. Sebagian lain seperti gangguan bipolar, gangguan kepribadian ambang, dan beberapa bentuk demensia, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer stadium akhir.
  2. Tumor otak yang ditemukan di berbagai lokasi di otak, seperti otak kecil dan ventrikel.
  3. Penyebab lainnya penggunaan obat-obatan dan alkohol yang mengganggu fungsi kognitif dan dapat mengakibatkan distorsi realitas.
  4. Epilepsi suatu gangguan yang ditandai dengan kejang berulang dapat memengaruhi area otak yang memproses pendengaran (korteks pendengaran) dan menyebabkan penderitanya mendengar denging di telinga.
  5. Dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi medis mendasar lainnya, seperti gagal ginjal kronis, kekurangan vitamin B12 dan vitamin D, ketidakseimbangan elektrolit serta ensefalopati hepatik dapat menyebabkan episode psikotik dan halusinasi.

Gangguan Pendengaran dan Halusinasi Pendengaran

Sementara itu, kemungkinan penyebab lain adalah gangguan pendengaran. Sebanyak 16 persen orang dewasa dengan gangguan pendengaran mengalami halusinasi pendengaran. Ini dapat terjadi dalam dua bentuk, yakni halusinasi kompleks (ucapan dan musik) dan halusinasi sederhana (tinnitus).

Tinnitus adalah persepsi suara yang tidak memiliki sumber eksternal, sehingga orang lain tidak dapat mendengarnya. Umumnya digambarkan sebagai suara berdenging, tetapi beberapa orang mendengar jenis suara lain, seperti menderu atau berdengung.

Seperti dilansir dalam National Institute on Deafness on Other Communication Disorders (NIDCD), salah satu teori yang terkemuka menjelaskan bahwa tinnitus dapat terjadi ketika kerusakan pada telinga bagian dalam mengubah sinyal yang dibawa oleh saraf ke bagian otak yang memproses suara. Sebab, meski tampak terjadi di telinga, suara hantu tersebut dihasilkan oleh otak, di area yang disebut korteks pendengaran.

Bukti lain menunjukkan bahwa interaksi abnormal antara korteks pendengaran dan sirkuit saraf lainnya mungkin berperan dalam tinnitus. Korteks pendengaran berkomunikasi dengan bagian otak lainnya, seperti bagian yang mengendalikan perhatian dan emosi. Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa orang dengan tinitus mengalami perubahan di wilayah otak nonpendengaran ini.

Bahkan, menurut penelitian, semakin parah gangguan pendengaran, semakin besar kemungkinan mengalami halusinasi pendengaran.

Rate this post